Rabu, 23 Desember 2009

Kisah Kasih Natal

Shalom pasukan doa!

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap gereja di hari Natal . Dia sunguh-sungguh tidak percaya. "Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja. "Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "

Pada malam Natal , istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka. "Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya. "Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya . Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.

Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu.
Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam. Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu. "Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan,"kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah. Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya mengerti," bisiknya dengan terisak. "Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Sumber : kumpulanartikelkristen.blogspot.com

JESUS sahabat- ku

Shalom pasukan doa!

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.
Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan.

Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.
"Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah ?"
"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.
Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut,"Jangan menyeberang jalan raya
sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan . jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."
"Terima kasih, Bapa Pendeta."
"Kenapa kamu tidak pulang sekarang ?? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?" "Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan .. sahabatku." Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya didepan altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.
"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya . aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! . aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya .. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa .. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah.
Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah . Tolong Bantu mereka supaya bisa sekolah lagi . tolong Tuhan ?? Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu. Tuhan . Engkau mau lihat lukaku ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini .. disini .. aku rasa Engkau tahu yang ini khan .....??
Tolong jangan marahi Ibuku ya ...??? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku ... Itulah mengapa dia memukul kami. Oh Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, namanya Anita ... menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku ??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya
untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei .. ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??
Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu .tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau akan menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang."
Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta ....Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen
sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah .. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan
pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut memegangi rosario mereka ketika Andy tiba dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku ...'
"Kurang ajar kamu bocah !!! tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
Andy begitu terkejut, " Dimana Bapa Pendeta Agaton .??? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya . dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja . tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ....."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja. Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah ..kamu akan mendapatkannya !!!" Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut didepan Gereja. Dia mulai menyeberang .ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut.
Waktunya hanya sedikit untuk menghindar .. dan Andy tewas seketika.
Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.
Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, " Maaf Tuan.apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"
Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata," Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dia katakan.
Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan
orang tersebut semakin penasaran...

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh
mengejutkan.
Dia berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andy.
"Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?"
"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy terisak. "Apa katanya ?" Ayah Andy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu ...
"Apa yang dia katakan?"
"Dia berkata kepada puteraku ..." Ujar sang Ayah
"Terima kasih buat kadonya . Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah .. aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu Kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita didalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta..siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu ? anda seharusnya mengetahui karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal ."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik," Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa. kecuali dengan Tuhan."

Sumber : kumpulanartikelkristen.blogspot.com

Kepekaan Lewat Sepotong Roti

Shalom pasukan doa!

Malam ini adalah malam Natal. Seisi rumah mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu sejak pagi tadi. Begitu juga dengan aku. Sesudah misa malam Natal, biasanya kami sekeluarga berkumpul untuk saling mengucapkan selamat Natal dan makan malam bersama.
Siang ini aku berencana untuk membeli dua loyang kue kesukaan keluarga kami. Satu untuk keluarga orang tuaku dan satu lagi untuk keluarga suamiku.

Setelah menentukan toko roti tempat kami akan membeli kue, kami segera berangkat ke tempat tujuan. Setibanya di toko kue, kami segera memilih kue yang dimaksud. Karena belum sempat sarapan, suamiku memintaku untuk membelikannya roti isi. Satu bungkus plastik berisi tiga buah roti dengan rasa yang berbeda.

Sesudah membayar semua belanjaan kami, segera kami menuju ke rumah mertuaku untuk mengirimkan kue yang baru aku beli. Dalam perjalanan menuju rumah mertuaku, kami sempat tercegat oleh lampu merah. Begitu aku mengerem mobil, tidak berapa lama kemudian seorang gadis kecil peminta-minta menghampiri kaca jendelaku. Seperti pengemis lain, ia langsung menengadahkan tangannya memohon sekeping uang. Refleks aku langsung melambaikan tanganku, menandakan menolak untuk memberi. Tanpa menunggu lebih lama, gadis kecil itu langsung meninggalkan mobilku.

Pada saat yang bersamaan, suamiku memberikan roti terakhirnya kepadaku. Ia memintaku untuk memberikan roti terakhirnya kepada gadis kecil tadi. Segera kubuka jendela mobil, dan setengah berteriak kupanggil gadis kecil tadi. Setelah mendekat, kuberikan roti tadi sambil tersenyum. Gadis itu segera menerima roti dariku sambil mengucapkan terima kasih.

Sambil memegang roti itu, gadis kecil segera berlari ke arah ibu-ibu berpakaian lusuh yang duduk di tepi jalan. Mungkin perempuan tua itu adalah ibunya, begitu pikirku. Gadis kecil itu menyerahkan roti tadi kepada ibunya sambil menunjuk-nunjuk dan tertawa lebar, ke arah mobilku.

Begitu lampu hijau menyala, aku segera melajukan mobilku. Tepat saat mobilku melewati mereka, si ibu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, begitu juga dengan gadis kecil itu. Tampak sukacita di wajah mereka.

Sungguh, ucapan syukur yang terungkap lewat segaris senyum yang tulus.

Aku baru menyadari, betapa berartinya pemberian yang kami pikir tidak seberapa, tapi bagi mereka, roti itu mungkin adalah sesuatu yang membahagiakan mereka. Aku jadi teringat bahwa Yesus hadir dalam diri orang-orang yang papa. Aku meyakini bahwa di malam Natal tahun ini, aku sungguh-sungguh telah melihat senyum Yesus dari wajah gadis kecil dan ibu tadi. Terima kasih Tuhan, karena engkau telah membuat hatiku menjadi peka dengan orang di sekitarku.
Sumber : cerita-kristen.com

Kisah Kasih Natal
Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang diceritakan setiap gereja di hari Natal . Dia sunguh-sungguh tidak percaya. "Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja. "Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya "

Pada malam Natal , istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka. "Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya. "Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya . Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.

Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu.
Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam. Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu. "Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan,"kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman."

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah. Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang saya mengerti," bisiknya dengan terisak. "Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Sumber : kumpulanartikelkristen.blogspot.com

Hadiah Natal Special Buat John

Shalom pasukan doa!

Kisah ini terjadi di awal tahun 1800-an, John adalah seorang remaja, kira-kira berumur 14 tahun, yang tinggal di sebuah panti asuhan di Inggris bersama dengan beberapa anak lainnya. Menjadi anak panti asuhan pada saat itu tidak menyenangkan. Yatim piatu sering berarti tidak diinginkan dan tidak dikasihi. Panti asuhan tersebut dikelola oleh sepasang suami-istri yang memiliki penghasilan kecil dan kurang mengasihi anak-anak panti tetapi berdisiplin tinggi. Mereka tidak suka jika ada anak-anak yang bermain-main, tanpa belas kasihan dan tidak berpengertian.


Setiap hari anak-anak harus bekerja. Mereka sering bekerja di taman, membersihkan, mengepel dan memasak untuk orang-orang yang kaya. Mereka berangkat pagi-pagi dan bekerja hingga larut malam, biasanya mereka hanya mendapat sekali makan setiap hari. Namun mereka sangat berterima kasih karena sudah diajar untuk bekerja keras. John tidak pernah dipanggil dengan namanya, yang lain juga tidak.

Natal adalah satu-satunya hari dimana, anak-anak tidak bekerja dan mendapatkan hadiah. Sebuah hadiah untuk tiap-tiap anak, kadang-kadang nama mereka dipanggil satu per satu. Hadiah special itu adalah sebuah jeruk. John sudah tinggal di panti asuhan itu cukup lama, dia sudah menanti dengan sukacita dan penuh harapan untuk hari natal special dan buah jeruk yang akan diterimanya.
Di Inggris, bagi John dan teman-temannya, buah jeruk masih sangat jarang dan merupakan pemberian yang special. Buah yang memiliki aroma harum itu hanya tercium di saat natal saja. Biasanya anak-anak sangat menghargainya, mereka menyimpannya untuk beberapa hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Mereka akan menjagainya, menciuminya, memegangnya dan mengasihinya. Biasanya mereka akan berusaha merawatnya untuk waktu yang lama sebelum mereka mengupasnya dan menikmati rasanya yang manis. Menjelang Natal biasanya, mereka mulai membicarakan buah tersebut. Mereka akan berkata," Aku pasti akan menyimpannya paling lama." Mereka selalu membicarakan betapa besar dan manisnya jeruk terakhir mereka dan berapa lama mereka menyimpannya.


Pada saat menerima buah jeruk itu, jika akan tidur John biasanya akan menaruhnya di sebelah kanannya persis di depan hidungnya supaya bisa terus mencium aromanya yang menyegarkan, dipegangnya perlahan dan hati-hati supaya tidak mengores kulitnya. Sesaat kemudian, dia sudah bermimpi setiap anak di dunia akan mencium manisnya aroma jeruknya. Itu memberinya rasa aman dan perasaan nyaman, harapan dan impian untuk sebuah masa depan yang penuh dengan makanan yang enak dan sebuah kehidupan yang berbeda dari keadaan yang serba kekurangan saat ini.


Tahun ini dia juga memiliki harapan jika dia mendapatkan hadiah spesialnya, dia akan menjaga buah jeruknya sampai hari ulang tahunnya di bulan juli nanti. Dia akan menjaganya dengan hati-hati, membuatnya tetap dingin dan tidak menjatuhkannya, dia berharap akan dapat memakannya pada hari ulang tahunnya.


Hari natal akhirnya datang dan anak-anak sangat bersemangat ketika masuk ke ruang makan. Dalam kegembiraannya dan karena melangkahnya yang terburu, John tersandung dan menyebabkan kekacauan di ruang makan. Tiba-tiba terdengar teriakan dari pengelola panti asuhan ," John, tinggalkan ruangan dan tidak ada jeruk untukmu tahun ini." Mendengar hal itu, hati John hancur berantakan. Dia mulai menangis, berbalik dan pergi dengan cepat ke ruang lain dan memojokkan badannya ke dinding supaya anak yang lain tidak melihat kesedihannya.


Sesaat kemudian dia mendengar pintu ruangan itu dibuka dan anak-anak yang lain masuk ke dalam. Elisabeth, seorang gadis kecil dengan rambut yang jatuh di pundaknya, tersenyum sambil menyodorkan sebuah kain kepada John. "Ini John," katanya," Ini untukmu." Karena tersentuh dengan ketulusannya, john membalikkan punggungnya dan melihat bahwa di dalam kain itu ada sebuah jeruk besar yang segar sudah terkupas dan terbagi empat. Dia baru menyadari apa yang teman-temannya lakukan. Masing-masing mengorbankan jeruk milik mereka, membaginya menjadi empat bagian dan menciptakan sebuah jeruk yang besar dan indah untuk John.


John tidak akan pernah melupakan hal itu, setiap cinta dan pengorbanan pribadi yang dibagikan oleh teman-temannya pada natal itu. John berasal dari keadaan yang kekurangan namun dia bertumbuh menjadi pria dewasa yang dihargai dengan kemakmuran dan keberhasilan. Untuk memperingati hari itu, dia mengirimkan jeruk ke semua anak di dunia. Kerinduannya adalah tidak ada anak yang melewatkan natal tanpa kado istimewa.


Natal adalah kesempatan kita untuk berbagi bukan untuk menahan apa yang berharga yang kita miliki. Tuhan sudah melakukan untuk kita, Dia mau melepaskan milik-Nya yang paling berharga untuk membuat kita mengalami sukacita dan damai natal. Selamat Natal...

Sumber : cerita-kristen.com

Sang Malaikat Kecil, Olivia Telah Menyelesaikan Tugasnya

Shalom pasukan doa!


Kisah nyata tentang kehidupan gadis kecil yang bernama Olivia. Tiga Juli 1999, tangis bayi memecah kesunyian. Sang bayi mungil lahir ke dunia membawa kebahagiaan bagi pasangan Jimmy dan Aiwan. Kulit putih kemerah-merahan, mata yang sungguh indah, bahkan ia memiliki bobot tubuh yang cukup besar dibandingkan ukuran normal bayi yang baru lahir. Semua orang yang melihat memuji sang bayi cantik yang kemudian diberi nama Olivia Laurencia dengan nama kecil Ping Ping ini. Yah, ini adalah mahakarya yang sungguh indah dari Tuhan bagi keluarga muda itu.
Sang bayi mungil tumbuh cepat dan makin cantik dari waktu ke waktu. Babak baru kehidupannya dimulai ketika umur satu setengah tahun. Saat anggota keluarga yang lain melihat adanya kelainan penglihatan pada Oliv kecil, segera mereka memeriksakannya ke dokter. Bagaikan disambar petir mereka harus menerima kenyataan bahwa Olivia divonis menderita kanker mata, atau istilah kedokterannya penyakit Retina Blastoma. “Biasanya untuk penyakit begini umurnya paling sekitar 2 tahun lagi,” demikian kata sang dokter yang terus terngiang-ngiang di ingatan orangtuanya.


Bergelut dengan Pengobatan

Berbagai pengobatan mulai dijalani, bahkan pengobatan sampai ke luar negeri. Dokter menyarankan agar bola mata kiri yang terkena kanker segera diangkat. Namun sang papa bersikeras untuk tidak mengambil jalan itu. “Dia seorang anak gadis, bagaimana dia menghadapi hidupnya kelak dengan mata palsunya. Jalan ini juga tidak bisa menjamin 100% sel kanker itu hilang begitu saja. Mata dia sungguh indah, semua orang juga mengakuinya,” berontak sang papa. Akhirnya dipakailah cara kemotherapy untuk mematikan sel-sel kanker yang telah tumbuh itu. Saat sang putri kesayangan teriak menahan sakit yang dideritanya, sang papa tidak kuat menerima kenyataan itu bahkan ia membenturkan kepalanya sendiri ke dinding.

Menurut pengakuannya meski sudah dibaptis dan menjadi pengikut Kristus, Jimmy dan Aiwan belum menjadi pengikut Kristus yang sesungguhnya. Untuk pergi ke gereja pun kadang masih agak ogah-ogahan. Tepatnya hanya menjadi umat yang biasa-biasa saja. Dalam mimpinya suatu malam Jimmy didatangi oleh malaikat yang membawa sebuah maklumat berisi hanya satu kata ‘BAPTIS’. Setelah menceritakan kepada saudaranya, saudaranya itu memberikan masukan “baptis berarti kamu mesti bertobat!”. Sambil tetap menjalani pengobatan, kondisi Olivia mengantar papa dan mamanya lebih rajin dalam berdoa dan mengikuti persekutuan. Mereka lebih berpasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Mereka bertumbuh dalam iman di tengah penyakit yang diderita Olivia.

Di sela-sela kesibukan mengurusi pengobatan Olivia, Allah mendatangkan penghibur di keluarga ini. Seorang anak pemberian Tuhan hadir di tengah mereka. Sang adik kecil itu kemudian diberi nama Yohanes Natanael. Setidaknya ini adalah suatu penghiburan di tengah kesedihan mereka.

Olivia sempat menjalani dua kali kemotherapy yang membuat kondisi fisiknya drop. Saat ia drop dan trombosit dalam tubuhnya turun, sang papa dan pamannya dengan kondisi was-was musti siap mengantri sepanjang hari untuk mendapatkan bantuan darah di PMI. Demikian sepanjang hidupnya Olivia menjalani pengobatan. Biasanya setelah therapy ia mengalami kerontokan rambut hingga botak sama sekali. Dengan fisik yang demikian Olivia tidak pernah merasa rendah diri. Ia tetap menjadi anak yang periang. Bahkan di sekolah ia termasuk salah satu murid yang memiliki prestasi yang cemerlang. Seluruh keluarga besar sangat menyayangi dan memberi perhatian penuh kepadanya. Saat ilmu kedokteran sudah angkat tangan dan hanya memberikan harapan kosong atas kesembuhannya, seluruh keluarga tidak berputus asa. Berbagai pengobatan alternatif dijalani. Pantangan-pantangan makanan selalu dituruti oleh gadis kecil ini. Obat-obatan dari berbagai bentuk dan rasa yang sungguh merusak indra pengecapan juga dilahap dengan pasrah.
Dalam kondisi demikian, Oliv kecil sungguh bergantung pada Tuhan Yesus. Setiap pagi saat jam dinding baru menunjukkan pukul 04.00, bagai jam weker Olivia membangunkan orangtuanya untuk mengajak doa pagi. Ketika melihat papanya bersedih hati, Olivia selalu berujar “Smile”. Dengan polosnya Olivia berujar dan mengajarkan papanya “Dalam masalah apa pun kita harus selalu smile.” Imannya kepada Yesus itu membuat ia boleh dibilang tak pernah mengeluh soal penyakit yang dideritanya. Ia bahkan tak pernah menangis karena penyakit itu.

Iman Olivia ini menghantarkan sang kakek, nenek, om, tante yang belum mengenal Kristus menjadi orang-orang percaya. Ketegaran Olivia membuat mereka semua merasakan bahwa Yesus sungguh ada bersama Olivia. Hal itu pula yang kemudian mendorong keluarga besarnya semakin berpasrah pada Yesus. Bahkan mereka kemudian terjun aktif dalam kegiatan rohani di lingkungannya. Sungguh inilah karya besar yang ditinggalkannya.

Bulan-bulan terakhir menjelang ajalnya ia menunjukkan kasihnya yang luar biasa kepada keluarganya, terutama kepada adik kecilnya. Ia berujar kepada sang mama “Kan Oliv mau jadi peri yang baik hati”. Natal dan malam Tahun Baru 31 Desember 2008, meskipun menahan sakit kepala yang belakangan selalu menyerangnya, ia berusaha tetap ceria. Saat acara tukar kado bersama jemaat Gereja, ia juga masih selalu bercanda dengan semua orang. Beberapa hari kemudian, 4 Januari 2009, saat sakit kepala yang semakin parah dan disertai dengan muntah-muntah, keluarga memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Semakin lama kondisi fisiknya semakin parah. Tubuhnya bahkan sudah sulit untuk menerima asupan makanan. Hal yang ditakutkan pun terjadi. Hasil MRI menunjukkan sel kanker yang sudah membutakan mata kirinya telah menjalar sampai ke otak bahkan ke seluruh tubuhnya.


“Terimakasih Tuhan Yesus”

Setiap hari ia hanya bisa terbaring lemas dan tertidur. Saat ia terbangun, kesakitan yang sungguh luar biasa dialaminya. Ia hanya bisa berteriak, “Aduh sakit, sakit sekali Tuhan…”. Sang mama yang tidak kuat melihat penderitaan putrinya mengatakan, “Kalau sakit sekali, menangis saja Oliv,” tapi anak ini sungguh kuat. Dia tidak pernah mau menangisi kesakitannya. Orang tuanya kembali dikuatkan dan diajarkan untuk tetap tegar dalam segala masalah, walaupun itu tidak mengenakkan. Kesakitannya semakin memuncak, bahkan obat penahan sakit yang diberikan dokter sudah tidak bisa menghilangkan rasa sakit itu. Dua malam menjelang ajalnya, Oliv yang bulan Juli mendatang genap berumur 10 tahun berdoa penuh iman. “Terima kasih Tuhan atas kasih karuniaMu, Oliv percaya Oliv sudah sembuh, Oliv sudah dipulihkan. Tidak ada satu penyakit apa pun di badan Oliv, dari ujung rambut sampai ujung kaki Oliv, karena sudah Engkau tebus di kayu salib. Tuhan berkati Oliv, Tuhan ampuni semua dosa Oliv, terima kasih Tuhan, Haleluya, Amin...” Sebuah doa yang sungguh indah dan penuh makna. Doa seorang anak yang sungguh mencintai dan mengimani Yesus.

Saat malam terakhir ia bahkan sempat meminta sang papa yang memang sangat dekat dengannya untuk memeluk, menurunkannya dari ranjang pasien dan memangkunya. Dia meminta kepada semua orang dan keluarga yang mengunjunginya untuk senantiasa berdoa dan mendoakannya sepanjang malam itu. Detik-detik maut semakin mendekatinya. Dalam kesakitan yang sudah tidak tertahan, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya “Sakit sekali ya Tuhan, Oliv sudah tidak tahan lagi…” kemudian kepalanya jatuh terkulai sambil berucap “Trima kasih Tuhan Yesus” . Kemudian ia sudah tidak sadarkan diri, tubuhnya mulai kejang-kejang. Saat sang papa membisikkan ke telinganya “Papa merelakan Oliv pergi, karena papa percaya di surga penuh damai sejahtera dari pada di dunia dengan menanggung penderitaan. Saat Oliv bertemu dengan Yesus dan Yesus ingin memegang tangan Oliv, segeralah sambut tangan-Nya. Selamat jalan Oliv kami semua merelakan Oliv.” Dalam kondisi yang sudah ‘koma’ Olivia meneteskan airmata.

Sesaat setelah itu, bergantian istri pendeta memegang tangan Oliv sambil membisikkan di telinganya, “Kalau Oliv sudah bertemu Tuhan Yesus, Oliv genggam kencang tangan tante yah.." Dalam keadaan ‘koma’ itu ia benar2 menggenggam tangan itu dan tak lama kemudian Oliv kecil pun pergi untuk selamanya dengan perlahan, tenang dan damai. Dua belas Januari 2009, pukul 15.45.
Tugasnya sudah selesai

Kedua orang tuanya tentu sedih dengan kepergiannya. Tapi mereka mengimani bahwa Olivia sudah bahagia di surga selamanya. Mereka berusaha menahan tetesan airmata dan merelakan kepergiannya. Mereka berusaha meneladani apa yang selalu dikatakan Olivia selama hidupnya, bahwa “Segala sesuatu ada waktunya; selalu tersenyumlah dalam segala hal; tetap kuat dan tegar dalam pergumulan; berserah dirilah kepada Tuhan Yesus, karena Dia akan memberikan jalan terbaik dan selalu mengasihi kita”.

Jasadnya sudah terbaring kaku, tapi ia terlihat seperti hanya tertidur. Semua pelayat yang melihat, memuji Olivia bagaikan peri kecil cantik yang tertidur pulas. Wajah dan kulitnya putih bersih. Bibir kecilnya menyunggingkan senyum kecil bahagia. Salah satu mata yang tadinya agak cekung karena sel kanker sudah menggerogoti dan membutakan mata kirinya bahkan terlihat normal kembali. Ia benar-benar seperti tertidur. Semua mengimani, saat ajal menjemputnya Tuhan terlebih dahulu memulihkan fisiknya. Keluarga besarnya juga mengimani bahwa Olivia adalah penolong yang diberikan Tuhan di tengah-tengah keluarga mereka. Melalui sakit yang dideritanya satu persatu anggota keluarga besarnya bertobat dan menerima Kristus. Tugas malaikat kecil ini sudah selesai, maka ia kembali dipanggil Bapa ke surga.

Bahkan saat pemakamannya, di tengah-tengah cuaca yang sepanjang hari dipenuhi hujan deras, ketika kebaktian pamakaman dimulai, dan ketika sang pemimpin Ibadat menyerukan “Semoga prosesi pemakaman ini diliputi dengan cuaca cerah… Tuhan, walaupun kami tidak dapat melihat dengan mata kami tapi kami yakin Tuhan hadir di tempat ini,” detik itu juga, gemuruh guntur berbunyi seakan langit menjawab. Dan hujan yang sepanjang hari menyelimuti bumi, seketika berhenti. Semua yang menghantar ke pemakaman ini dengan tertegun berujar dalam hati, “Sungguh ia benar-benar dikasihi Tuhan”.

Segalanya berjalan lancar, kepergian sang malaikat kecil bahkan didoakan dan dihantar oleh beratus-ratus pelayat. Walaupun Olivia sudah tidak ada di dunia, tapi karyanya dalam dunia sungguh selalu akan dikenang. Karena bukan diukur dari berapa lama kita tinggal di dunia, tetapi seberapa berartinya hidup yang kita jalani.

Selamat jalan Olivia, doa kami menyertaimu selalu. Dan kami percaya, engkau juga senantiasa mendoakan kami dari sana.

Sumber : cerita-kristen.com

Senin, 21 Desember 2009

Asal Usul Pohon Natal

Shalom pasukan doa!

Mengapa kok ada pohon Natal?
Baca asal usul pohon Natal, klik disini

Kesaksian Choki Sitohang

Shalom pasukan doa!

Siapa yang tidak mengenal presenter yang berpenampilan menarik dan sedang naik daun ini. Tanpa disangka-sangka Choky divonis dokter terkena penyakit Hepatitis (liver). Ia terkejut karena ia merasa bahwa ia adalah orang yang paling sehat. Tetapi ia malah jatuh sakit. Yang membuat ia kecewa adalah karena ia mengalami sakit pada saat ia sedang berkarir. Ia sedang mengejar cita-citanya untuk menjadi presenter terkenal.

Pada saat itu ia mulai flash back kehidupannya 2 tahun terakhir ini. Ia sibuk dengan pekerjaannya. Ia mencari uang dengan giat, sesudah itu ia menghabiskan waktu dengan hobi dan teman-temannya. Setelah lelah sampai dirumah ia langsung beristirahat. Ia lupa bahwa ia tidak pernah meluangkan waktunya untuk menyapa Tuhan. Ia tidak pernah bersaat teduh bahkan hari Minggu terkadang ia tidak ke gereja, dan Roh Kudus mulai mengingatkannya akan hal itu.
Pada saat ia sakit, ia harus dirawat di Rumah Sakit selama 21 hari. Padahal ia tidak mempunyai cukup uang untuk biaya Rumah Sakit. Dokter berkata bahwa ia harus tetap dirawat karena sakitnya cukup parah. Tetapi dokter berkata bila ada mukjizat maka Choky dapat keluar Rumah Sakit sesegera mungkin.

Pada hari ke delapan, Choky berangsur-angsur pulih. Akhirnya ia bisa keluar dari Rumah Sakit dan ia dapat membayar biaya Rumah Sakit. Tetapi Choky tidak dapat langsung dapat melakukan kegiatannya. Ia harus bed rest selama 3 bulan. Ia menjalaninya. Pada saat ia merasa sehat, perasaan takut itu datang. Ia merasa tidak bisa sukses. Tetapi pada saat itu Tuhan meyakinkan bahwa ia harus melakukan bagiannya dan Tuhan yang akan lakukan bagian-Nya.
Mulai saat itu ia kembali menulis CV untuk ia masukkan ke beberapa agensi. Ia mulai menghubungi teman-temannya dan mencari link untuk memberikan jalan ia menjadi presenter. Ia melakukan yang terbaik pada waktu di casting. Sampai pada akhirnya produsernya berkata bahwa ia adalah orang yang tepat untuk acara ini.

Ada saatnya ia hampir gagal dan ia ingin menyerah. Tetapi Tuhan jelas berkata jangan pernah menyerah, lakukan terus apa yang sedang dilakukan karena ia menuju keberhasilan. Ia mendapatkan satu ayat "Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan akan mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang...". Ada waktunya Tuhan memberikan kepercayaan dari yang kecil dampai yang besar. Dari perkara yang kecil, bila kita setia lalu Tuhan pasti akan mempercayakan hal yang besar.

Tuhan mengajarkan Choky untuk tetap optimis. Melakukan sesuatu yang baru dengan semangat. Tuhan Yesus adalah sahabatnya. Walaupun banyak sahabatnya di dunia tetapi ia merasa bahwa Yesus adalah sahabat sejatinya. Pengharapan akan menimbulkan iman dan pada akhirnya akan menghasilakan satu solusi. Itulah hal yang ia percayai tentang kehidupannya bersama Tuhan Yesus.

Sumber : generasiyoel.blogspot.com

Sabtu, 12 Desember 2009

Rindu Terjadi Kebangunan Rohani? DOA!

Shalom pasukan doa!

DOA Hasilkan Kebangunan Rohani

Yakobus 5:17 :
“Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.

Ketika doa dengan tekun dinaikkan kepada Bapa, maka penguasa dunia akan ditaklukkan, kebudayaan dan kebiasaan manusia akan berubah. Ini yang terjadi dalam peristiwa Kebangunan Rohani Wales tahun 1906. Para penambang batu-bara, pelacur, dan berbagai macam orang-orang kasar berbondong-bondong datang ke gereja untuk diselamatkan. Banyak bar tempat menjual minuman keras berubah menjadi gedung tempat beribadah.

Seluruh kota berubah, bahkan keledai-keledai juga ikut berubah. Keledai yang digunakan untuk menarik gerobak pengangkut batu bara dari dalam tambang tadinya selalu diperintah dengan kata-kata kotor dan kutukan-kutukan. Tetapi ketika para penambang bertobat mereka juga berhenti mengutuk, jadi mereka harus melatih kembali keledai-keledai itu dengan kata-kata manis, atau mereka terpaksa mengganti keledai-keledai itu dengan yang baru dan melatihnya. Sesudah Wales berubah, ketika penduduknya sedang mengendarai kereta-kereta kuda mereka, kuasa Allah turun atas kota tersebut. Mereka berhenti, jatuh ke tanah dan terbaring di sana selama berjam-jam. Kemudian mereka bertobat dan diselamatkan.
Sebelumnya beberapa orang kudus berdoa dengan penuh komitmen di sebuah gudang yang kecil yang rindu melihat kotanya yang sangat bobrok mengalami perubahan. Gerakan DOA itu terus menyebar ke berbagai pelosok kota, orang-orang terpanggil untuk berdoa dan setelah beberapa lama terjadilah….KEBANGUNAN ROHANI yang luar biasa.

Hal itu terjadi karena pintu-pintu sorga terbuka, para penguasa bumi diikat, dan kemudian Allah turun. Para penguasa bumi di Wales ditaklukkan melalui doa peperangan, pujian, dan penyembahan yang benar, yang awalnya dilakukan oleh beberapa orang kudus Tuhan di sebuah gudang kecil, telah menyebar ke seluruh pelosok kota.

Panggilan kita di akhir zaman ini adalah untuk mengubah iklim rohani dari kota-kota tempat kita tinggal juga iklim rohani bangsa-bangsa. Pengaruh Iblis telah menyesatkan pandangan orang-orang terhadap Yesus. Di beberapa tempat orang berpikir tentang Yesus dengan cara yang aneh. Pemikiran seperti itu datang dari kuasa Iblis yang menduduki kota atau bangsa mereka.

Peperangan rohani adalah cara untuk mematahkan pengaruh-pengaruh yang menyesatkan itu. Kita harus menyerang kekuasaan Iblis melalui otoritas kuasa Allah yang sudah diberikan kepada kita sehingga kota-kota kita terbebas dari pengaruh-pengaruh jahat. Banyak orang merasa takut, terancam, dan selalu gelisah hidupnya. Biasanya perasaan-perasaan seperti itu bukan berasal dari diri mereka sendiri. Perasaan-perasaan seperti itu bukan berasal dari diri mereka sendiri. Perasaan-perasaan itu datang dari kekuatan Iblis yang menguasai kota. Orang akan menyadari itu jika mereka memahami pekerjaan roh.

Panggilan kita sebagai umat-Nya untuk berperang melawan penguasa angkasa, penghulu bumi, dan itu bukan berlangsung hanya dalam semalam, karena itu jangan bertanya kapan peperangan itu berakhir. Tetaplah maju dan menyerang hingga kemenangan direbut, dan nama Yesus dimuliakan di bagian manapun dari bumi itu. Kobarkan api Kebangunan Rohani Wales di kota-kota kita, sekarang!
Kita akan merubah iklim rohani di kota kita atau tempat kita atau kita sendiri yang akan tersedot dipengaruhi oleh keduniawian. Pilihan ada di tangan kita. Yesus mengharapkan pengikut-Nya itu seperti garam dan terang. Garam itu selalu mempengaruhi baik rasa enak pada makanan, menghambat pembusukan dan bahkan untuk obat-obatan. Cahaya akan mengubah gelap menjadi terang. Di tempat gelap, bahkan cahaya lilin pun sangat berdampak besar. Ketika listrik sering padam beberapa waktu lalu, maka lilin menjadi sangat dicari di kota ini, karena dampaknya yang mengatasi kegelapan itu.

Untuk menjadi terang di kegelapan dunia tidak harus jadi lampu pijar, tetapi bahkan api lilin pun mampu menaklukkan kegelapan itu. Jangan pernah mengukur rohani kita dengan membandingkannya dengan karunia-karunia yang dimiliki oleh orang lain. Apa yang Anda miliki, apa yang dapat Anda lakukan, itu pun berguna bagi pemuliaan Bapa kita. Pakailah itu untuk mempengaruhi kegelapan itu. Ubahlah situasi itu dengan terus memandang kepada Yesus Kristus.

Pahlawan-pahlawan iman di dalam Alkitab adalah orang-orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Mereka terlibat dalam hubungan yang karib dan intim di dalam doa dan penyembahan. Itulah sebabnya mereka dapat menguasai kota-kota dan area-area secara rohani.

Di Korea Selatan anak-anak Tuhan berdoa dengan begitu gencarnya dan doa itu telah mengubah kota Seoul. Ketika mereka berdoa di suatu tempat, doa itu tidak akan berhenti sampai dibunyikannya sebuah lonceng. Di sana akan ditemukan banyak bukit-bukit doa. Orang-orang kudus menghabiskan waktunya berjam-jam berdoa. Berdoa itu menjadi kesukaan mereka, menjadi kenikmatan bagi mereka.
Kita terpanggil hari-hari ini untuk dapat mengubahkan kota kita dari pengaruh cengkraman kuasa kegelapan. Sebuah panggilan dan seruan dalam kitab Tawarikh agar kita berdoa bagi tempat di mana kita berada, karena kesejahteraan kota tersebut adalah kesejahteraan kita juga. Berdoalah untuk kota tempat anda tinggal dan kota-kota lainnya. Dambakanlah kebangunan rohani seperti terjadi di kota Wales pada tahun 1906. Kuasa Roh Kudus akan mengurapi doa-doa kita. Haleluyah!

Sumber : http://www.hariansumutpos.com/2009/06/doa-hasilkan-kebangunan-rohani.html

Kamis, 10 Desember 2009

Wawancara Tentang Mujizat di Poso

Shalom pasukan doa!

CBSN : Selamat siang Pak Pendeta Damanik. Kami ingin wawancara dengan Bapak tentang peristiwa penyembuhan di Desa Meko. Bolehkah Bapak sebagai seorang tokoh dan pejuang kemanusiaan dan sebagai Pendeta memberikan pendapat tentang peristiwa tsb?

Pdt. Rinaldy Damanik (RD) : Boleh, tetapi saya bukan tokoh dan bukan pejuang. Saya hanya seorang pendeta biasa, hanya rakyat biasa, ya, tepatnya... saya hanya seorang hamba. Ok, saya harus mulai dari mana ya?

CBSN : Sejak kapan tepatnya peristiwa itu terjadi? Dan kami mendengar bahwa beberapa kali Bapak dipanggil langsung oleh anak yang melakukan mujizat itu, apa benar Pak?

RD : Peristiwa penyembuhan itu terjadi sejak tanggal 6 Januari 2007. Tapi saya baru melihat langsung pada tanggal 17 Pebruari 2007.

CBSN : Oh ya, kami dengar Bapak baru kembali dari Amerika tanggal 14 Pebruari 2007, apakah itu dalam rangka peristiwa di Meko atau ...?

RD : Bukan, saya ke Washington DC diundang oleh 5 Senator dan 7 Congresman USA soal Teroris dan masalah-masalah di Poso. Tapi.... ok, maaf...lebih baik kita kembali ke substansi wawancara ini.

CBSN : Maaf Pak, ya... silahkan pak.

RD : Pada tanggal 16 Pebruari 2007, sekitar jam 21.30 malam, saya ditelepon oleh Selvin. Biasanya jika ada panggilan dari nomor yang belum tersimpan di hp saya, saya tidak merespons telepon tersebut, tetapi menunggu sms dari orang tsb.... bukan apa-apa, tapi anda maklumlah... kami ini tinggal di wilayah Poso ... Tetapi kali ini meskipun nomor itu tidak saya kenal, saya langsung merespons tlp tersebut. Ternyata yang menelepon saya adalah Selvin, anak yang diberi kemampuan untuk melakukan penyembuhan tersebut. Dia anak perempuan berusia sekitar 9 (sembilan) tahun, kelas 3 (tiga) SD, anak dari keluarga Guru SD, berdomisili di Desa Meko, wilayah Danau Poso, sekitar 30 Km dari Tentena, tempat saya berdomisili. Ya, desa Meko sekitar 87 Km dari kota Poso.

CBSN : Kemudian, apa isi telepon dari Selvin tersebut ?

RD : Selvin meminta saya untuk esok harinya, tanggal 17 Pebruari 2007, datang ke Desa Meko, ke rumahnya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung menjawab Ya !

CBSN : Apa yang terjadi ketika Bapak bertemu dengan Selvin?

RD : Tanggal 17 Pebruari 2007 pagi, sekitar jam 05.30 saya berangkat ke Meko, ditemani oleh seorang rekan Pdt. Oktavianus. Perjalanan ke Meko membutuhkan waktu 1 (satu) jam dari Tentena, meskipun jaraknya hanya sekitar 25 km, karena jalan kecil, meliuk-liuk di tepi pantai dan jurang-jurang terjal tepian Danau Poso. Sepanjang jalan saya berdoa di dalam hati. Pikiran saya dipenuhi oleh pertanyaan: Mengapa Selvin memanggil saya dan apa yang akan terjadi di sana?

CBSN : Kemudian?

RD : Ketika sampai di Meko, saya melihat ada banyak mobil, speda motor, banyak orang-orang sakit di Balai Desa, di Tenda-Tenda di lapangan, di sekitar Kantor Kecamatan, juga di emper dan di dalam rumah Selvin. Pada saat itu, perkiraan saya ada sekitar 10.000 orang. Hati saya sedih sekali, pilu, terharu luar biasa melihat orang-orang sakit dan orang-orang yang mengantar orang sakit. Ya... rumah keluarga Selvin sangat dan sangat sederhana... di depan rumah itu persis di belakang Balai Desa, dan di samping Balai Desa itu ada Kantor Kecamatan dan di depan Balai Desa tsb ada lapangan yang cukup luas. Ya... bagi saya, Tuhan memang telah memilih tempat yang strategis...... Kemudian, saya masuk ke rumah tersebut, dengan sangat perlahan sambil menyalami orang-orang sakit yang terbaring beralas tikar di lantai. Di dalam rumah ada Selvin, Ibunya, Bapanya, ya.. banyak orang. Selvin langsung menyapa saya: "Selamat Pagi... Selamat datang Opa Pendeta... !" Saya terkejut karena Selvin memanggil saya "Opa" (Kakek), biasanya di wilayah ini saya dipanggil: Pendeta Damanik, atau Abang, atau Papa Nanda, atau Boba alias Botak, karena memang kepala saya sebagian sudah Botak. Karena itu, saya langsung menjawab: "Selamat pagi, tapi mengapa Selvin memanggil saya Opa ? Seorang Opa itu kan harus jadi teladan... walaupun saya seorang Pendeta, saya merasa saya banyak punya kelemahan dan dosa..." Selvin dengan mata yang bercahaya, tersenyum kepada saya dan memegang tangan saya, mengajak saya keluar dari ruangan itu dan mengajak saya untuk menemui dan mendoakan orang-orang sakit di Balai Desa dan sekitarnya. Luar biasa, puji Tuhan, untuk pertamakalinya seumur hidup saya, saya menyaksikan orang buta langsung bisa melihat, yang lumpuh dapat berdiri dan berjalan, yang bisu bisa berbicara, yang sakit ginjal dan berbagai penyakit lain...

CBSN : Bagaimana cara atau proses penyembuhan itu?

RD : Orang-orang yang sakit dan orang-orang yang mendampingi orang-orang sakit tersebut diajak menyanyikan nyanyian: "Allah Kuasa melakukan segala perkara", dan berdoa dengan doa "Bapa Kami", doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus, Matius 6 : 9 -13. Juga membaca Epesus pasal 5. Ada yang dijamah, misalnya matanya disentuh, atau tangan, atau kaki yang sakit, tetapi ada pula yang tanpa disentuh mengalami kesembuhan. Mujizat itu saya saksikan secara langsung, bahkan beberapa kali saya diminta, atau tepatnya ditugaskan oleh Selvin untuk berdoa, doa Bapa Kami.

CBSN : Kami dengar, Ibunya Selvin juga bisa melakukan penyembuhan. Bagaimana itu pak?

RD : Ya, benar, Ibunya Selvin juga dapat melakukannya, bahkan sekarang Ibunya Selvin yang dominan melakukannya, tetapi setelah mendapat isyarat dari Selvin. Ceritranya begini... hal ini diceriterakan oleh Ibunya Selvin kepada saya. Selvin mulai mendapat karunia penyembuhan itu sejak tanggal 6 Januari 2006. Pada malam hari Selvin memijit-mijit kaki Ibunya yang sakit, rematik. Esok paginya Ibu Selvin merasakan bahwa kakinya sembuh. Ibu tsb bertanya kepada Selvin, apa yang Selvin lakukan sehingga kaki Ibunya bisa sembuh? Selvin mengatakan bahwa pada malam hari, ketika ia memijit kaki Ibunya, ia melihat ada sinar terang di dalam kamarnya, dan Selvin melihat ada dua orang, yaitu Tuhan Yesus dan seorang Malaikat. Tuhan Yesus mengatakan kepada Selvin: "Saya akan memberikan karunia yang banyak kepadamu". Selvin menjawab: "Berapa? Lima ribu?". Tuhan Yesus menjawab: "Lebih banyak lagi, tetapi harus kau bagikan kepada orang-orang lain". Kemudian cahaya itu hilang. Ya, sejak itu Selvin mulai melakukan penyembuhan, mulai dari keluarganya, tetangganya, dan kemudian berita itu semakin tersebar luas. Selanjutnya, Selvin merasa letih, dia berdoa kepada Tuhan agar Ibunya diberi kemampuan untuk membantu Selvin, dan itu terjadi...

CBSN : Pada tanggal 17 Pebruari 2007, ketika Bapak dipanggil oleh Selvin, apakah ada peristiwa yang lain?

RD : Ya, pada waktu saya diminta oleh Selvin untuk mendampinginya berdoa dan melakukan penyembuhan (Tanggal 17 Pebruari 2007), saya menyaksikan banyak
yang disembuhkan, sejak jam 07.00 s/d jam 11.00. Tetapi ada beberapa orang yang belum atau tidak sembuh. Kepada yang tidak sembuh itu, Selvin mengatakan, dengan berbisik, antara lain: "selesaikan dulu masalah keluarganya", atau "harus membiasakan diri berdoa". Atau "harus yakin dan percaya", atau "bertobat" dan sebagainya. Kemudian sekitar jam 11.00, Selvin mengatakan kepada saya: "Opa sudah mau pulang? Pulanglah Opa... sebab di Tentena di rumah Opa, ada orang-orang yang memerlukan Opa..". Saya menjawab: "Ya, saya permisi pulang". Tetapi di pikiran saya timbul pertanyaan: "Siapa yang memerlukan saya di Tentena? Apa keperluan mereka? Dan dari mana Selvin mengetahui bahwa di rumah saya sudah ada orang yang menunggu saya? Luar biasa, benar ! ternyata setelah saya sampai di rumah sekitar pukul 12.30, sudah ada 7 orang yang menunggu saya untuk membicarakan masalah penting yang mereka alami..... Kemudian, sore hari, sekitar pukul 17.00, saya ditelepon oleh Selvin, meminta saya untuk datang lagi ke Desa Meko pada tanggal 19 Pebruari 2007, dan Selvin mengatakan bahwa ada yang akan dibicarakan di Siuri, yaitu satu tempat di pantai danau Poso, berada di antara Tentena - Meko.

CBSN : Bapak memenuhi permintaan itu ?

RD : Ya, sampai sekarang, setiap kali dia menghubungi saya dan menyampaikan pesan, saya langsung menjawab Ya ! meskipun ada agenda atau jadwal lain yang sudah direncanakan, langsung saya tunda. Jujur saya katakan bahwa saya sendiri heran melihat diri saya yang langsung mengatakan Ya terhadap semua yang dia katakan. Ok. Tanggal 19 Pebruari pagi saya berangkat, tiba di Meko sekitar pukul 07.00 pagi, langsung ke rumah Selvin. Saya melihat Selvin sedang duduk di atas tempat tidur, di depannya ada buku-buku pelajaran SD, dan ada Alkitab. Di tangannya ada selembar kertas, dan menunjukkan kepada saya gambar yang dia buat. Dia mengatakan: "Ini gambar rumah Opa, rumah ini akan jadi tempat persinggahan orang banyak". Sepintas saya lihat, walaupun gambar itu hanya berbentuk garis-garis, tapi persis model rumah saya; padahal setahu saya, Selvin belum pernah melihat rumah saya. Kemudian Selvin mengatakan kepada saya: "Opa, kita belum mau ke Siuri sekarang, masih lama, Opa pulang saja dulu, ada orang2 yang perlukan Opa di rumah Opa". Saya bertanya: "Jadi jam berapa kita ke Siuri?". Selvin menjawab: "Nanti jam 5 sore". Saya langsung pamit pulang, tanpa ada perasaan kecewa. Benar, saya tiba di rumah sekitar pukul 10.00 pagi dan sudah ada orang2 yang menunggu di rumah. Selanjutnya sekitar pukul 4.30 sore saya sangat gelisah, karena supir dan mobil yang akan membawa saya belum tiba di rumah. Ada beberapa hal yang membuat saya gelisah. Pertama, saya tidak akan tepat waktu jam 5 tiba di Meko, apalagi dari Meko harus kembali ke Siuri. Kedua, jika saya tiba di Meko dan bersama Selvin meninggalkan Meko untuk berangkat ke Siuri, tentu akan membuat orang-orang sakit kecewa, sekurang-kurangnya mereka akan mengatakan mengapa saya tega membawa Selvin meninggalkan orang-orang sakit di Meko. Mereka tentu tidak mengetahui bahwa kami ke Siuri adalah karena permintaan Selvin. Ya, akhirnya dengan bergumul dan berdoa, sekitar pukul 04.35 mobil datang dan kami berangkat menuju ke Meko, saya ditemani supir dan seorang teman Pendeta. Ketika kami tiba di sekitar pantai Siuri, kami melihat ada mobil yang menuju ke arah kami, memberi isyarat lampu, dan di belakangnya ada banyak speda motor yang mengikuti mobil itu. Mobil itu berhenti dan kami juga berhenti, tepat di tempat parkir di Siuri, di dalam mobil itu ada Selvin, Ibunya, ada lima orang anak-anak, teman Selvin, dan ada sejumlah orang lain. Saya melihat jam tepat pukul 05.00 sore. Artinya bahwa saya tidak harus ke Meko dan sudah bertemu di Siuri tepat waktu.

CBSN : Hebat, itu berarti dua hal yang Bapak gelisahkan tadi tidak terjadi ya ?

RD : Ya benar ! Saya tepat waktu dan saya tidak harus ke meko. Kemudian, Selvin lansung menyapa kami dan mengatakan: "Mari Opa, di sini bagus kan?". Selvin berlari, bermain dengan teman-temannya, kemudian mereka mandi di pantai sambil bersenda gurau sebagaimana layaknya anak-anak. Kami bersama Ibunya dan orang-orang lain duduk di tepi pantai memperhatikan mereka sambil berbincang-bincang. Sekitar 15 menit, mereka selesai mandi dan Selvin meminta makan bersama. Sebelum makan, Selvin meminta saya untuk berdoa, dengan "Doa Bapa Kami". Setelah makan, Selvin berjalan di pantai, di atas pasir, sekitar seratus meter dari ujung ke ujung, beberapa kali dia pulang pergi, sambil matanya terus menatap ke tengah Danau Poso. Kami semua memperhatikan, termasuk anak-anak (teman-teman Selvin), bagaikan dihipnotis, kami semua diam. Tiba-tiba, sekitar 10 meter dari kami, Selvin berhenti, jongkok di pasir pantai dan mulai menggambar. Beberapa saat kemudian, dengan melambaikan tangannya, Selvin memanggil saya: " Opa, mari ke sini". Saya datang mendekati Selvin, saya berdiri di hadapannya, tidak ada sama sekali dorongan dalam hati saya untuk jongkok bersama Selvin dan Selvin pun tidak meminta saya jongkok atau duduk. Tetapi saya tetap berdiri di hadapannya, bagaikan seorang terdakwa. Selvin dengan posisi tetap jongkok, bertanya kepada saya, apa arti gambar yang dia buat di atas pasir. Gambar yang dibuat Selvin adalah gambar hati, di tengahnya ada huruf S, ada tanda panah ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan.
Saya menjawab: "Artinya, Selvin sayang kepada semua orang" . Selvin mengatakan: "Ya, tetapi yang sayang kepada semua orang adalah Tuhan Yesus". Selanjutnya
Selvin mengatakan kepada saya: "Opa, tolong doakan orang-orang yang datang ke Meko, mereka sedang sakit, tapi saya tidak mengundang mereka, tetapi kasih Tuhan yang datangkan mereka. Kalau sembuh secara rohani itu berarti sembuh secara jasmani, iya kan Opa?" . Saya jawab: "Ya". Sesungguhnya saya terkejut mendengar kata-katanya, sebab, di dalam pikirin saya waktu itu, ini bukan layaknya kata-kata seorang anak usia 9 tahun. Selvin melanjutkan: "Tolong doakan mereka dengan Doa Bapa Kami, itukan satu-satunya doa yang diajarkan Tuhan Yesus, iya kan?". Saya jawab: "Ya". Selvin melanjutkan: "Itu kan Bapa Kami, bukan hanya Bapamu, bukan hanya Bapaku, Bapa semua orang kan?". Saya jawab "Ya". Selvin meneruskan kalimatnya: "Di dalam doa Bapa Kami disebut, berikan kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Karena itu, Opa harus bilang kepada semua orang supaya mereka jangan rakus. Gereja harus bertobat, melayani, jangan cuma pikir uang. Opa yang harus sampaikan itu kepada mereka". Mendengar kata-kata itu, hati saya benar-benar terpukul dan gelisah, seperti demam rasanya, di dalam pikiran saya berkecamuk: saya sekarang bukan lagi Ketua Umum Sinode, saya juga orang berdosa, bagaimana saya harus menyampaikannya. Tiba-tiba, Selvin mengatakan, dengan telunjuknya mengarah ke saya: "Opa, 'kan banyak cara, jangan kuatir?". Wah, Selvin ternyata mengetahui apa yang sedang saya pikirkan walaupun tidak saya ucapkan. Ketika Selvin mengatakan: jangan kuatir, saya merasa bagaikan disiram air dingin, sejuk dan damai. Kemudian Selvin
mengatakan: "Di dalam Doa Bapa Kami sesuai Matius 6 : 9 - 13, ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Tidak disebut dosa, tapi orang yang bersalah kepada kami, mengapa begitu Opa?" . Wah, saya terkejut, saya merasa sedang dalam ujian teologi. Beberapa saat saya berpikir, berdoa dalam hati agar Tuhan tolong saya untuk menjawab. Saya menjawab: "Ya, yang menentukan orang itu berdosa adalah Tuhan, bukan manusia. Yang menentukan orang ke Surga atau Neraka adalah Tuhan, bukan manusia". Selvin merespons: "Selvin merespons dengan kalimat: "Ya, yang bisa diukur oleh manusia hanyalah kesalahan, tetapi yang bisa mengukur dosa hanya Tuhan. Karena itu, Opa harus bilang kepada semua orang agar tidak saling menghakimi, si ini berdosa, si itu berdosa, itu salah, cuma Tuhan yang berhak ". Saya jawab: "Ya". Selanjutnya, Selvin mengatakan: "Opa, Opa sudah mau pulang?" . Saya bertanya: "Bukan kah saya harus antar Selvin ke Meko?" Selvin menjawab: "Opa kan kuatir kalau ke Meko, nanti orang-orang bilang apa? Mereka tentu akan salahkan Opa karena membawa saya ke Siuri". Wah, saya makin heran dan takjub, ternyata Selvin mengetahui pergumulan batin saya ketika tadi akan menjemputnya ke Meko. Selvin melanjutkan kata-katanya dengan tersenyum sambil berdiri: " Pulanglah Opa ke Tentena, di sana ada orang-orang yang memerlukan Opa" Selanjutnya, saya permisi, pamit kepada Ibunya dan semua orang di situ, dan kembali ke Tentena. Anehnya, saya merasa percakapan itu sangat singkat sekali. Dan... wow, benar di Tentena sudah ada orang-orang yang menantikan kedatangan saya.

CBSN : Wah, peristiwa yang luar biasa. Kami dengar Pak Pendeta sudah mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Sinode GKST hanya karena komitmen memenuhi janji kepada Tibo Cs, jika mereka dihukum mati, maka Pak Pendeta mundur dari Sinode. Apa itu benar?

RD : Ya, benar, saya berjanji kepada Tibo Cs di hadapan Tuhan dan dalam doa, pada tanggal 10 Januari 2001, ya sekitar tujuh tahun yang lalu. Karena saya memahami persis, bahwa mereka bukan orang-orang yang paling bertanggungjawab dalam peristiwa Kerusuhan Poso.

CBSN : Itu janji terhadap Tibo Cs, bagaimana janji anda terhadap Tuhan?

RD : Mungkin saja saya keliru, tetapi pemahaman saya adalah sesuatu yang sangat omong kosong saya bisa memenuhi janji terhadap Tuhan jika saya tidak dapat
menuhi janji terhadap manusia . Tetapi yang pasti bahwa saya tetap sebagai Pendeta, sebagai hamba Tuhan dan jika Tuhan berkenan, saya siap melaksanakan tugas pelayanan, apapun taruhannya, meskipun saya harus kembali masuk penjara ataupun mati.

CBSN : Luar biasa, sekarang justru Bapak mendapat penugasan, ya sejenis Surat Keputusan lisan dari Selvin.

RD : Ya, itu faktanya dan saya sendiri heran, saya tidak bisa menghindari itu. Saya merasa kosong dan bodoh jika berhadapan dengan Selvin. Tapi saya juga yakin bahwa Selvin bukan Tuhan, tetapi Selvin adalah sarana Tuhan, seorang yang dipakai Tuhan. Apa yang Selvin lakukan dan katakan kepada saya, saya pahami sangat sesuai dengan isi Alkitab .

CBSN : Katanya Bapak juga pernah mendampingi Ibunya Selvin untuk mendoakan dan melakukan penyembuhan.

RD : Ya, sudah beberapa kali, dan itu juga di suruh oleh Selvin, bukan inisiatif dari saya. Saya diminta mendoakan Ibunya Selvin di dalam rumahnya, di kamarnya dan diminta berdoa agar Ibunya Selvin dikuatkan dan melakukan penyembuhan hanya untuk kemuliaan Tuhan, karena Tuhan tetap Tuhan dan kita semua adalah manusia biasa. Kemudian kami berjalan bersama Ibu tersebut menemui orang-orang sakit.

CBSN : Kami dengar banyak juga yang beragama bukan Kristen yang disembuhkan.

RD : Ya, benar, justru saya melihat langsung. Ya... di Meko terjadi rekonsiliasi yang luar biasa, terkumpul berbagai agama, Kristen, Islam, Budha, Hindu. Terasa damai di Meko. Kamis dan Jumat lalu, mungkin ada sekitar dua puluh ribu orang yang datang dari berbagai tempat. Bahkan ada yang dari jakarta, sakit ginjal, datang dengan 4 (empat) kantong darah menempel di tubuhnya, dan mengalami kesembuhan di Meko. Ada pula yang kanker payu dara, secara bertahap sembuh. Ya, proses penyembuhan itu terjadi di desa yang kecil, sederhana, becek kalau hujan, banyak sekali mobil yang datang, tapi tidak ada keributan, tidak ada bunyi klakson. Semua penuh damai, padahal tidak ada panitia yang mengatur, tidak ada publikasi, tidak ada stadion mewah, tidak ada gedung mewah. Orang-orang yang kaya dan miskin menjadi satu, duduk di lantai, di tenda-tenda sederhana, bahkan di tepi got yang becek, berbau, kumuh, tapi semuanya menjadi satu. Bahkan, Selvin, Ibunya dan keluarganya menolak pemberian uang dan lain-lain. Artinya: penyembuhan itu gratis. Dan juga tidak ada panitia yang mengajukan proposal dan publikasi. Maaf, saya tidak bermaksud melegitimasi, bukan karena Selvin dan keluarganya adalah warga GKST, tetapi yang saya nyatakan adalah hanya untuk kemuliaan Tuhan, dengan harapan yang kuat agar Rekonsiliasi Abadi yang tercipta di dalam kasih Tuhan benar-benar terjadi di wilayah Poso, bahkan di Indonesia dan di dunia.

CBSN : Katanya, Ibunya Selvin mengatakan bahwa orang-orang yang beragama lain itu harus sembahyang menurut agamanya masing-masing.

RD : Ya, saya sempat mendiskusikan hal itu dengan Ibunya Selvin. Ibu tersebut mengatakan, bahwa yang harus kita lakukan adalah melayani semua orang, tanpa terkecuali. Keputusan Iman seseorang tidak boleh dipaksa, Roh Kudus pasti akan berperan, dan orang-orang Kristen harus menunjukkan contoh yang baik, jangan sesama kita orang Kristen saling bertentangan, jangan orang Kristen yang berkata-kata dan berkelakuan tidak baik, kita harus jadi teladan. Dan tugas kita untuk selalu mendoakan mereka . Begitu yang Ibu itu katakan kepada saya. Puji Tuhan, cukup banyak orang-orang yang singgah juga ke rumah kami di sini, baik ketika akan ke Meko dan ketika kembali dari Meko, dan mereka sebagian besar bukan beragama Kristen. Wow, saya merasakan begitu indah rekonsiliasi natural yang berdasarkan kasih Tuhan, terjadi secara otomatis, tanpa paksaan, tanpa biaya dan tanpa panitia.

CBSN : Katanya, di kalangan Kristen sendiri, antar denominasi, bahkan di tubuh GKST sendiri terjadi pro-kontra soal Meko. Ada yang mengatakan ajaran sesat, ada yang mengatakan bahwa di Meko ada iblis, ada foto yang hasilnya gambar ular, naga dan sebagainya. Bagaimana itu Pak?

RD : Ya, itu benar, ada pro-kontra..... saya sedih... justru pro-kontra terjadi di kalangan Kristen.

(Wajah Pak Pdt. Damanik dari yang berbinar-binar, tiba-tiba berubah suram, pucat dan kelihatan letih, dia minta ijin untuk minum air putih, kami yang mewawancarai beliau harus menunggu sesaat, dia mungkin masuk ke kamarnya, kami duga mungkin pak Pendeta berdoa menenangkan hatinya. Beberapa menit kemudian dia keluar dan menatap ke luar rumah. Dari rumah kediaman Pendeta Damanik yang sederhana tapi artistik, terpencil, di sekitarnya masih semak belukar, di atas bukit kecil, nampak jelas sungai poso yang mengalir, dan hampir seluruh kota Tentena dapat terlihat jelas, termasuk beberapa gereja terlihat berdiri megah. Red.)

CBSN : Tempat ini sungguh indah dan sejuk ya Pak?

RD : Ya, ini anugerah Tuhan. Di sini sejuk, tapi angin juga cukup kencang pada pagi dan malam hari. Kalau pagi hari sekitar jam enam pagi, ada serombongan besar burung putih yang menuju ke danau Poso, dan pada sore hari sekitar jam enam sore, rombongan burung itu kembali meninggalkan Danau Poso dan melintas tepat di atas sungai di depan rumah ini. Terlihat burung-burung putih itu akrab, kompak, dan tepat waktu berjuang bersama untuk kehidupannya. Begitulah setiap hari, tak perduli hujan atau panas, tetap konsisten.

CBSN : Wah, bapak ini lagi menyindir manusia yang mana ya Pak?

RD : (Sambil tersenyum) Entah apalah namanya... tapi kita tak boleh mengadili orang2 atau sakit hati, dendam dan sebagainya. Saya juga manusia biasa, tapi tentu kita harus punya tekad dan membuktikan bahwa dalam banyak hal kita harus diperbaharui oleh kasih Tuhan.

CBSN : Terus, bagaimana dengan pro-kontra soal Meko itu pak?

RD : Hal ini pernah kami diskusikan dengan Selvin dan Ibunya. Luar biasa, mereka mengatakan: "Jangan marah kepada mereka, tapi tugas kita adalah mendoakan mereka".

CBSN : Kalau sikap Bapak sendiri bagaimana?

RD : Ya, di dalam Injil, di sekitar Tuhan Yesus juga ada pro-kontra. Bahkan di sekitar Tuhan Yesus juga ada iblis yang selalu mencobaiNya. Apalagi di antara kita manusia. Saya juga berpendapat bahwa di mana-mana ada Iblis yang siap mencengkeram kita, termasuk di Meko, di rumah semua orang, mungkin juga di dalam gereja, mungkin juga dalam diri semua orang, mungkin juga dalam diri saya walaupun saya seorang pendeta. Bagi saya, yang harus dilakukan adalah: Pertama: Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa di Meko terjadi banyak kesembuhan, dan terjadi rekonsiliasi natural dalam kasih Tuhan , pertemuan yang damai di antara manusia yang latarbelakang dan agamanya berbeda-beda, kaya dan miskin menjadi sama di Meko. Rekonsiliasi terjadi secara otomatis, tanpa paksaan, tanpa biaya dan tanpa panitia. Yang kita muliakan adalah Tuhan, bukan manusia. Jika ternyata ada beberapa yang belum sembuh, bahkan ada, sampai saat ini, 3 (tiga) orang yang meninggal dunia sebelum disentuh. Tugas kita adalah dengan sunggguh-sungguh mendoakan mereka yang sakit, dan mendoakan keluarga-keluarga yang berdukacita agar dikuatkan dan dihiburkan oleh Tuhan. Kedua: Maaf, saya menolak perdebatan teologis tentang Meko, tetapi saya harus mengatakan bahwa saya belum pernah melihat atau mendengar ada ajaran sesat yang dilakukan atau disampaikan oleh Selvin atau Ibunya. Justru yang mereka lakukan adalah "Doa Bapa Kami", Doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, mereka mengajak menyanyikan lagu: "Allah Kuasa Melakukan Segala Perkara", dan mereka mengajak untuk membaca dan melakukan Epesus pasal 5 . Bahkan mereka juga menolak pemberian uang dsbnya. Ketiga: Peristiwa Meko, adalah ujian untuk kita semua , semoga kita semua terhindar dari kesombongan, keangkuhan, kedengkian, iri hati, fitnah dan sebagainya. Hanya satu yang dapat menentukan, yaitu Tuhan. Hanya Tuhan! sekali lagi hanya Tuhan yang maha tau apa sebenarnya yang terjadi di Meko, apa yang terjadi terhadap Selvin dan keluarganya, apa yang terjadi di dalam hati dan pikiran kita masing-masing. Keempat: bukan hanya orang-orang tertentu yang harus bertobat, tetapi termasuk saya, para pendeta, para pekerja/pelayan gereja, harus menilai diri sendiri, mengaku kepada Tuhan, bertobat dan berjanji untuk dapat hidup lebih benar, peduli terhadap penderitaan orang lain, berani menyuarakan suara kenabian, menyatakan yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah kepada semua orang, termasuk kepada penguasa dunia, tidak menjadi pengemis yang meminta-minta kepada pemerintah, tetapi harus mulai dengan menggali potensi yang ada di tubuh sendiri dan memperbaiki kebobrokan yang ada di tubuh sendiri, tidak melakukan fitnah, korupsi, selingkuh, mabuk, mabuk kekuasaan, jabatan dll. Seharusnya kita rela berkorban bagi orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri, memikirkan gaji sendiri, memikirkan keluarga sendiri, suku sendiri, agama sendiri, tetapi peduli terhadap semua orang. Mari kita renungkan, mengapa Selvin bisa melakukan penyembuhan, mengapa bukan kami para Pendeta atau Penatua ? Jawabnya ada pada Tuhan dan ada pada pertobatan kita bersama. Kita tidak boleh menyepelekan anak kecil, menyepelekan orang kecil yang sederhana, miskin dsbnya, sebab jika Tuhan berkenan, Ia dapat melakukan segala sesuatu melalui siapa saja yang dipilihNya, Dan itu adalah otoritas Tuhan. Kelima: Peristiwa di Meko terjadi tanpa Panitia, bukan di dalam Stadion, Gedung, MAL, dan bukan dalam Gedung Gereja, tetapi di tempat yang sangat sederhana. Lihatlah di wilayah ini, betapa
Gedung-gedung Gereja yang mewah dibangun. Saya yakin bahwa Tuhan Yesus Kristus tidak pernah memerintahkan kita untuk membangun Gedung Gereja yang besar dan megah di antara rumah-rumah warga gereja yang reyot-reyot, yang miskin, yang menderita . Apalagi memaksa warga gereja yang miskin itu untuk banting tulang, tenaga dan dana hanya untuk membangun gereja yang megah. Ya, ini koreksi untuk kita semua, apa sebenarnya yang harus kita prioritaskan dalam pelayanan kita. Mari kita ingat dan renungkan kembali lagu anak-anak sekolah minggu: "Gereja bukanlah gedung, tetapi Gereja adalah orangnya". Keenam: Doa Bapa Kami adalah doa yang langsung diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Isi Doa Bapa Kami adalah merupakan permohonan kepada Tuhan. Tetapi sekaligus, isi doa tersebut seharusnya kita lakukan bersama . Hendaknya Doa Bapa Kami tidak hanya sekedar saja diucapkan dalam ibadah-ibadah, atau jangan hanya jadi pelengkap, tetapi harus menjadi yang utama. Bahkan doa itu seharusnya tidak hanya dalam ibadah-ibadah formal, tetapi juga dalam doa pribadi, rumah tangga dsbnya. Ketujuh: Sekian dulu ya, sekali lagi, saya bukan Tuhan, saya bukan tokoh, saya bukan penguasa, saya bukan pahlawan. Saya hanya pendeta biasa, hanya hamba, saya hanya rakyat biasa. Saya juga punya banyak kelemahan. Saya boleh dikoreksi dan diingatkan jika saya salah.

CBSN : Terimakasih atas waktu, kesaksian dan pikiran Bapak, tapi mohon ini yang terakhir, katanya Bapak bersama-sama Selvin ke Jakarta ?

RD : Selvin ke Jakarta bersama-sama keluarganya yang berdomisi di Jakarta. Kalau saya tidak keliru, mereka berangkat tanggal 17 maret 2007. Saya tidak bersama-sama dengan mereka, saya ke Jakarta pada hari yang lain.... ya, tanggal 22 Maret 2007. untuk menghadiri undangan sejenis Seminar sehari. Tetapi tanpa saya duga, ketika kembali dari Jakarta, tanggal 24 Maret 2007, saya bertemu dengan Selvin di Ruang Tunggu Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta, kami satu pesawat dari Jakarta ke Palu. Dia didampingi oleh Omanya, Pdt. Vivi Pandegirot dan 2 orang lainnya. Ketika bertemu di Ruang Tunggu itu, saya sempat berbincang-bincang dengan Selvin. Selvin mengatakan bahwa dia sempat pergi ke Taman Safari Jakarta. Dia melihat banyak binatang di sana. Dan Selvin mengatakan, dia gembira karena cita-citanya tercapai, yaitu naik Keledai. Mendengar hal itu, spontan saya mengatakan: "Wah, itu penting ! Bukankah Tuhan Yesus naik keledai memasuki Yerusalem menjelang Paskah?" . Ya, Paskah tidak lama lagi diperingati, tinggal beberapa saat, yaitu tanggal 6 April dan 8 April 2007.

CBSN : Wah, hebat ya Pak. Mungkin ada kata penutup Pak?

RD : Mari kita doakan bersama dengan sungguh-sungguh, karena kita tentu masih menantikan kehendak Tuhan, apa yang akan terjadi kemudian di Meko dan terhadap diri kita masing-masing. Tetapi kita tentu yakin bahwa jika kita hanya berpengharapan kepada Tuhan dan tetap melakukan kehendakNya, maka Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan sesuai untuk kita semua. Terimakasih.

Sumber : http://www.abrahamsseed.co.cc/2009/03/mujizat-di-meko.html


Rabu, 09 Desember 2009

Komitmen Seorang Pelayan TUHAN

Shalom pasukan doa!

Salah satu unsur terpenting yang menentukan apakah seseorang itu akan berhasil dan mendapatkan segalanya adalah komitmen. Komitmen lebih daripada sekadar percaya pada sesuatu.

MENEPATI APA YANG ANDA KATAKAN (KONSISTEN)

Dapat dipahami bahwa orang lain tergantung pada komitmen Anda. Di gereja, adalah penting bila orang yang Anda layani dapat memercayai Anda. Dalam dunia bisnis, penting pula bila karyawan, pengguna/konsumen, dan rekan kerja Anda tahu bahwa Anda berkomitmen pada tujuan-tujuan kelompok. Dalam keluarga, sangatlah penting bagi suami dan istri untuk memiliki suatu komitmen atas pernikahan mereka dan atas pasangan mereka. Setiap orang harus menjaga janji mereka sebagai suatu ikatan suci. Dalam setiap bidang, komitmen sangat diperlukan.
Dalam hidup, setiap orang yang berhubungan dengan Anda, tanpa terkecuali, perlu tahu bahwa Anda adalah orang yang konsisten. Bila Anda mengatakan akan melakukan sesuatu, Anda harus melakukannya. Anda harus tepat waktu saat Anda mengatakan akan datang ke suatu tempat. Keterlambatan yang terus-menerus menandakan suatu kelemahan. Tidak cukup hanya dengan meminta maaf atau memberikan alasan mengapa Anda gagal. Sebenarnya, tidak seorang pun, termasuk Anda, yang menginginkan alasan. Bila Anda mengatakan akan melakukan sesuatu, Anda harus melakukannya. Anda tidak berhak melalaikan orang lain hanya karena Anda merasa tidak nyaman atau karena Anda sedang mengalami masalah lainnya. Anda harus memegang komitmen Anda. Sekali Anda mengingkari komitmen Anda, orang lain bisa jadi tidak mau mendengar alasan Anda. Hal yang sama juga bisa berlaku pada komitmen Anda kepada gereja dan orang-orang yang percaya pada komitmen Anda. Bila Anda mengatakan akan melakukan sesuatu, lakukanlah! Lakukan itu, tidak peduli pada saat itu Anda merasa baik-baik saja, atau memang menginginkannya, atau sibuk, atau tertekan, atau bahkan bila Anda tidak peduli. Lakukanlah!

Di setiap gereja, orang-orang yang telah menerima tanggung jawab dan melakukan tanggung jawab itu bisa mengatasi segala rintangan yang ada dengan komitmen. Lihatlah ke dalam gereja Anda dan dapatkan berbagai contoh tentang komitmen. Walaupun mengalami luka fisik, luka hati, depresi, dan sebagainya, mereka tetap konsisten dengan komitmen mereka. Tidak peduli di mana Anda berada, komitmen adalah kekonsistenan Anda. Bila Anda melihat orang-orang yang berhasil, Anda akan mendapati bahwa mereka konsisten terhadap komitmennya. Komitmen dan kepercayaan saling berkaitan. Anda tidak bisa hanya memiliki salah satunya saja.

MENGAMBIL RISIKO

Komitmen berarti menerima tanggung jawab untuk mengemban suatu tugas tertentu, meskipun pada saat itu Anda merasa tidak dilengkapi untuk melakukannya. Contoh di gereja, Anda mungkin tidak merasa nyaman dan tidak memiliki karunia untuk melayani di bidang tertentu, namun Anda tahu bahwa tugas ini harus dilakukan. Ini bisa saja benar dan bisa saja salah. Tergantung pada apa yang dikatakan Alkitab. Contohnya, salah satu kebutuhan terbesar di setiap gereja adalah pelayanan anak. Pada kenyataannya, Anda mungkin melihat pelayanan anak sebagai sesuatu yang sudah seharusnya diberikan kepada anak Anda, tetapi Anda tidak pernah memikirkan bahwa pelayanan ini adalah salah satu tanggung jawab Anda. Anda mungkin lebih senang menghindarinya dengan alasan bahwa Anda tidak memiliki karunia untuk melayani anak-anak. Kebenaran alkitabiahnya adalah Anda memiliki suatu karunia. Pada saat Anda menerima tanggung jawab untuk melahirkan seorang anak, karunia untuk mendidik anak tersebut juga muncul. Alkitab dalam Ulangan 6:6-7 mengatakan bahwa kita harus mengajar tentang Allah secara berulang-ulang. Saat kita memutuskan untuk menjadi orang tua bagi seorang anak, kita telah membuat keputusan untuk menjadi seorang guru. Ini adalah tanggung jawab Anda kepada Allah, kepada orang lain, dan kepada anak Anda. Anda tidak bisa terus-menerus melimpahkan tanggung jawab mengajar anak-anak Anda kepada sekolah-sekolah negeri, swasta, gereja, atau pun yang lainnya. Ini adalah tanggung jawab Anda. Kebenaran yang sama juga ada dalam hal-hal lain dalam hidup ini.

Ada cara-cara lain yang bisa digunakan untuk membagikan kasih Anda kepada orang lain. Membuat penyegaran, menyapu halaman parkir, dan membersihkan gereja adalah cara yang baik untuk membagikan tanggung jawab. Setiap orang harus melakukan sesuatu. Anda harus menemukan sesuatu yang bisa Anda lakukan di gereja. Membuang sampah pada hari Minggu, membersihkan altar pada hari Sabtu, menyapu halaman parkir pada hari Selasa, atau merapikan taman pada hari Rabu adalah contoh-contoh yang baik. Temukan sesuatu yang bisa Anda kerjakan, beri tahukan kepada pendeta Anda bahwa kegiatan itu akan menjadi tanggung jawab Anda; lalu kerjakanlah. Kerjakanlah dengan sebaik-baiknya dan lakukan itu untuk Tuhan. Jangan hiraukan perasaan Anda, jangan pedulikan apa yang terjadi di sekeliling Anda, tetaplah kerjakan komitmen Anda dan kerjakan bagian Anda. Hidup bukanlah untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan, melainkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan. Hidup lebih daripada sekadar merasa nyaman; hidup adalah melakukan apa yang perlu dan benar. Saat kita gagal dalam melakukan komitmen, kita juga menggagalkan orang lain. Lebih parahnya lagi, kita menggagalkan diri sendiri. Kita harus meninggalkan pikiran lama bahwa gereja hanyalah suatu bangunan. Kita tidak hanya pergi ke gereja; kita adalah gereja itu. Bila kita gagal untuk menghidupkan komitmen kita, kita menempatkan beban yang lebih besar kepada orang lain. Tugas atau pelayanan itu akan dilakukan, tetapi sayangnya tugas atau pelayanan ini akhirnya dibebankan kepada orang lain yang telah berkomitmen, yang juga telah menjalankan pelayanannya. Kini mereka harus mengerjakan dua tugas karena beban yang diberikan kepada mereka. Tuhan mengatakan bahwa bila kita tidak setia pada hal-hal kecil, kita tidak akan diberikan hal-hal yang lebih besar. Kita kehilangan banyak berkat saat kita gagal menjalankan komitmen kita.

KOMITMEN YANG BERDASARKAN KASIH

Sering kali kita merasa bahwa kita tidak diperlengkapi karena kita percaya kita harus meniru orang lain supaya bisa efektif. Namun, ini adalah tugas, pekerjaan, atau pelayanan yang muncul dari hati kita, dan ini sangatlah penting. Keterampilan dan talenta akan muncul seiring dengan kasih yang kita kerjakan. Bila kita menunggu talenta atau keterampilan itu muncul sebelum kita membagikan talenta kita, kita tidak akan pernah melayani dan kita akan kehilangan suatu kesempatan yang unik. Sangatlah mudah untuk terjebak pada perasaan. Kita bangun dan merasa tidak suka melakukan sesuatu. Maka kita tidak melakukannya. Ini menjadi tugas yang mudah bagi setan untuk mencuri sukacita dan kontribusi kita terhadap hidup orang lain. Kita perlu belajar untuk hidup dengan komitmen. Kita tidak bisa bangun dan merasa tidak ingin berangkat kerja, kita tetap harus bekerja karena kita telah berkomitmen pada diri sendiri untuk bekerja. Saat pagi mulai beranjak, kita mulai merasa lebih baik dan saat makan siang kita sudah merasa nyaman di kantor. Hal yang sama juga terjadi dalam pelayanan. Kita bisa saja tidak bersemangat mengerjakan tugas ini, tetapi kita mengerjakannya karena komitmen kita didasarkan pada kasih. Dua jam kemudian, kita memberkati seseorang dan seseorang memberkati kita. Kita harus belajar untuk menjalani kehidupan sesuai komitmen yang didasarkan atas kasih. Bila kita berusaha untuk menghidupkan hidup hanya bila kita merasa senang, kita tidak akan pernah tahu apa itu sukacita. Sukacita sejati muncul saat kita menjalankan kehendak Allah untuk hidup kita dan mengatasi halangan-halangan dan perasaan-perasaan kita.

Anda akan terkejut bila mendapati bahwa Anda bisa belajar merasakan sukacita di tengah-tengah berbagai keadaan. Bekerjalah dengan berdasarkan kasih dan kasih akan menghasilkan sukacita dalam hidup Anda.

Sumber :
http://sabda.org/pepak/komitmen_seorang_pelayan_tuhan

Tuhan YESUS Dahsyat! (Mujizat Kesembuhan Poso)

Shalom pasukan doa!

Ringkasan SMS John Kahuluge yang mengikuti Holy Spirit
Miracle Celebration di desa Meko, kabupaten Poso.

5 Maret 2007 pk 11:30
Selvin Bungge, 8 th bocah perempuan dari desa Meko
Pamona Selatan, Tentena dipakai Tuhan luar biasa sejak
6 Januari 2007. Ribuan orang datang didoakan dalam
nama Yesus, buta melihat, lumpuh berjalan, berbagai
penyakit disembuhkan, tua, muda, rakyat biasa, sampai
tanggal 5 Maret 2007 diperkirakan sudah 8000 orang
dari berbagai agama dan pejabat2 yang disembuhan.
Kesaksian2 terus mengalir, dari Sulawesi Selatan,
Palu, Gorontalo, Menado dll.berbondong bondong ke
Tentena. mereka mencarter bus, mobil untuk datang.
Rumah sakit. puskesmas kosong. Seorang bapak haji Amir
dari Poso disembuhkan dari buta, pulang teriak2
dipasar central Poso, bahwa Tuhannya orang Kristen
sudah sembuhkan dia. Semua orang tercengang dan heran,
ada yang sembuh dari kelumpuhan dan ada yang sudah
sembuh memberi uang Rp. 10 juta,diterima Selvin hanya
Rp. 1.000,- untuk kolektenya digereja, sisanya
disuruh berikan kepada orang miskin, rupanya tidak
dilakukan, maka sakitnya kambuh.

Metro TV datang meliput tapi tidak diizinkan mengambil
gambar.
Beberapa pendeta datang langsung ditempelak
perbuatannya, disuruh pulang dan bertobat. Karena yang
hadir banyak ayahnya minta agar didoakan secara masal
saja. banyak pendeta tidak berani datang karena malu
dibongkar didepan umum.
Mereka menaikkan puji-pujian kepada Allah " Allah
kuasa melakukan……." mereka sorak sorai " halleluya……."

6 Maret 2007 pk 07:24
Lawatan Allah sedang terjadi di Poso, Kapolresta Poso
hadir, tidak ada Panitya Penyelenggara, tidak ada yang
atur konsumsi, tidak perlu izin, mereka datang
mengatur diri sendir, orang2 mencari tempatnya
sendiri2, ada yang duduk beralaskan koran, tikar,
karpet, bahkan membawa tenda2,pemuda2 gereja tiba tiba
menjadi usher tanpa glada-gladi an.

6 Maret 2007 pk 15:07
Selvin Bungge adalah anak sekolah minggu GKST El
Shaday Meko, ia rajin baca firman dan berdoa, ibunya
guru SD dan ayahnya penilik sekolah
GKST El Shaday Meko adalah gereja kecil dengan jumlah
jemaat 8 KK dipinggiran danau Poso.

6 Januari 2007 ia mendapat penglihatan didatangi Tuhan
Yesus bersama seorang malaikat, saat itu ibu Selvin
menderita rematik akut tahunan sehingga sulit
berjalan, setelah Selvin berdoa dan mengusap-usap kaki
ibunya kemudian disuruh berjalan ternyata sembuh, dari
saat itu banyak orang berdatangan, termasuk anggota2
DPRD minta kesembuhan, saat ini Selvin di Palu
bedsama tim doa Palu.
Semua orang yang datang diminta ibadah dulu, doa bapa
kami, yang merokok ditegur jangan merusak bait Allah,
yang korup disuruh bertobat.

6 Maret 2007 pk 18:23
P. Marthen yang disembuhkan dari stroke sangat
memuliakan Allah & merasakan kasih Kristus, banyak
pendatang yang disembuhkan dari kelumpuhan, berdiri
dari kursi rodanya , langsung pulang

7 Maret 2007 pk 05:31
Peristiwa ini membuat gereja gereja tercengang,
terpaku dan terkagum kagum, juga banyak yang
mengeluarkan komentar2 negatip
Pendeta GPDI Efrata Donggala 6 bulan menderita sakit
lever akut & lambung sembuh, yang tidak percaya dan
ragu2 disuruh pulang.Seorang sakit TBC akut sepanjang
hari pakai jaket, setelah disembuhkan setiap hari
mandi di danao, kemudian pergi pasang kupon putih (
judi ) sakitnya langsung kambuh , hal ini dilaporkan
Pdt.Damanik, dijawab Selvin " masih ada waktu untuk
bertobat."
Seorang yang sudah dapat kesembuhan mengijinkan dukun
mengintervensi dirinya langsung mati, ada cukup banyak
dukun2 & orang2 yang mempunyai kekuatan lain untuk
mencobai pelayanan ini, mereka mati ditempat.

Mujizat demi mujizat terus terjadi, konflik horizontal
sudah selesai, tapi konflik internal gereja ?????
Daerah Meko sarat dengan perdukunan / kantong2 ilmu
hitam, terkenal dengan daerah penyembuhan berhala.

8 Maret 2007 pk 05:04
Dalam doa pagi kemarin Tuhan berbicara kepada Selvin
agar tidak pergi ke Tentena/ Meko. Tuhan berjanji akan
memberkati & menyembuhkan mereka yang datang dengan
percaya. Ribuan orang sudah mulai memfokuskan
Selvin,Tuhan melarang dia pergi. kakak Selvin yang
membantu menyampaikan pesan Tuhan yang didapatkan
Selvin, dalam perjalanan ada orang sakit yang dibawa
dengan mobil menuju Meko dari Makasar, tetapi ditengah
perjalanan orang itu sudah sembuh dan akhirnya kembali
ke Makasar.

9 Maret 2007 pk 10:47
Banyak pendeta disuruh bertobat, " Ibu memang pendeta,
tapi cuma baca firman Tuhan hanya hari Minggu " dan
lagi " Om memang pendeta, tapi lebih sibuk kerja ojek
dari pada melayani " dan banyak lagi teguran2...

Banyak yang turut melayani bersama Selvin disuruh
pulang karena mereka punya motivasi cari popularitas
diri sendiri.

Selvin minta agar orang2 selalu membaca Effesus
seluruh pasal 5, hidup sebagai anak2 terang

9 Maret 2007 pk 17:09
Pak Aling ( 30 th ) 10 hari koma & kejang2 di Toli
Toli & sudah 3 hari dirujuk ke RS Budi Asih Palu,
sekitar pk 16:00 WIB Jumaat 9 Maret 2007 Tim Doa Palu
mengajak Selvin untuk berdoa, setelah didoakan tiba2
Aling sadar, bangun, melepaskan semua slang2 yang ada
ditubuhnya, termasuk slang oksigen, Selvin katakan, Roh
Kudus sudah menyembuhkan dia. RS tsb menjadi gempar,
sekitar pk 16:17 saya mendapat telpon dari ibu
Mandachan di Manokwari Papua, sudah 3 bulan badan
sebelah kanannya sakit, kaku dan semakin sulit
digerakan, ketika ia membaca SMS tentang Selvin
imannya bangkit, dan sakitnya sembuh. Hampir 20 ribu
orang datang ke Meko banyak yang dapat kesembuhan,
walaupun Selvin di Palu.




sumber :
http://www.mail-archive.com/islamkristen@yahoogroups.com/msg92189.html

Sabtu, 05 Desember 2009