Selasa, 19 Januari 2010

CERITERA DARI AFRIKA

Shalom pasukan doa!

Suatu malam saya bekerja keras untuk menolong seorang
ibu di sebuah bangsal rumah sakit, tapi apapun yang
kami lakukan, dia meninggal dan meninggalkan bayi
premature yang sangat mungil serta seorang anak
perempuan usia 2 tahun yang menangis.Kami mengalami kesulitan untuk menjaga agar si bayi
tetap hidup, Karena kami tidak punya incubator ( kami
tidak punya listrik untuk Menyalakan incubator), kami
juga tidak punya makanan khusus bayi.
Meskipun kami tinggal di daerah khatulistiwa, di malam
hari seringkali udara sangat dingin dan anginnya kencang.
Salah seorang muridku menaruh bayi itu dalam box dan
membungkus bayi dengan kain wol. Yang lain menyalakan
api dan mengisi botol air panas. Kemudian muridku yang
mengisi botol air panas segera kembali dengan
kebingungan sambil bercerita bahwa saat mengisi botol
itu dan ternyata meledak (Karet mudah rusak dalam
kondisi cuaca tropis)
“Dan ini adalah botol air panas terakhir kita,” dia berseru.
“Oke,” kataku, “taruh bayi itu didekat api dalam jarak
yang cukup aman, dan tidurlah diantara bayi itu dan
pintu untuk menjaga nya dari angin. Tugasmu adalah
menjaga bayi tetap hangat.”

Siang hari berikutnya, seperti hari sebelumnya, Aku
pergi berdoa dengan beberapa anak yatim piatu yang
berkumpul denganku. Aku berikan mereka bermacam-macam
saran untuk mendoakan dan bercerita pada mereka
tentang bayi mungil itu.
Aku menceritakan masalah kami soal menjaga bayi supaya
cukup hangat, menyebutkan tentang botol air panas, dan
bagaimana bayi itu bisa dengan mudah meninggal bila
kedinginan. Saya juga bercerita pada mereka tentang
saudara perempuannya yang berumur 2 tahun, yang
menangis karena ibunya meninggal.

Selama berdoa, seorang gadis usia 10 tahun, Ruth,
berdoa dengan doa singkat seperti anak Afrika kami.
“Tolong, Tuhan” dia berdoa, “kirim kan botol air.
Tidak baik besok, Tuhan, karena bayinya bisa mati,
jadi tolong kirim sore ini.”Saat aku menarik napas dalam hati karena keberaniannya
dalam berdoa, dia menambahkan, “Dan saat Engkau
mengirimkan botol air itu, maukah Engkau mengirimkan
juga boneka untuk gadis kecil itu, supaya dia tahu bhw
Engkau sungguh mengasihinya?”

Seringkali dalam doa anak-anak, aku merasa ditempatkan
pada pusatnya. Dengan sungguh-sungguh kukatakan,
“Amin”. Oya aku tahu bahwa Tuhan dapat melakukan
segalanya, Alkitab mengatakan demikian. Tapi pasti ada
batasnya, kan ?
(pikiran manusia selalu ingin membatasi kuasa Tuhan)Dan menurutku satu-satunya jalan Tuhan dapat menjawab
doa-doa kami yaitu jika keluargaku di Amerika
mengirimi bingkisan. Namun aku sudah tinggal selama
hampir 4 tahun, dan tidak pernah, sama sekali menerima
bingkisan dari rumah. Tapi, bila sesorang mengirimiku
bingkisan, siapa yang akan memberi botol air panas.
Sebab aku tinggal di daerah tropis!

Menjelang sore, ketika aku sedang mengajar di sekolah
pelatihan perawat, sebuah parcel dikirimkan dengan
mobil di depan pintu rumahku.
Saat aku sampai di rumah, mobilnya sudah pergi, tapi
di sana , di beranda, ada dua puluh dua pon parcel yang
sangat besar. Aku merasa pedih di mataku…
Aku tidak dapat membuka parsel itu sendirian, jadi aku
meminta ke anak-anak yatim piatu untuk membantuku.
Bersama-sama kami menarik talinya, dengan hati-hati
membuka simpulnya. Kami melipat kertasnya, supaya
tidak menyobeknya. Kegembiraan meningkat.

Sebanyak 30 atau 40 pasang mata
melihat ke dalam kardus tersebut.
Dari atas, kami mengeluarkan baju rajutan berwarna cerah.
Mata kami langsung silau melihatnya. Ada perban
rajutan untuk pasien kusta, dan anak-anak mulai
terlihat sedikit bosan.
Lalu ada sekotak kismis, ini bisa dipakai untuk
membuat setumpuk kue kismis di akhir pekan.
Lalu, aku memasukkan tanganku lagi, aku merasa ….
benarkah ini?? Aku menariknya keluar …. yaa …. ini
baru, botol air panas karet. Aku menangis terharu.

Aku tidak meminta Tuhan untuk mengirimkannya. Aku
tidak percaya bahwa Dia benar-benar melakukannya.
Ruth ada di barisan depan dari anak2. Ia cepat2 maju,
sambil menangis, ” Jika Tuhan mengirimkan botolnya,
Dia harus mengirim bonekanya juga!”
Sambil mengobrak-abrik bagian bawah kotak, dia menarik
sesuatu yang mungil, boneka bergaun indah.
Matanya berkilau !
Dia tidak pernah sangsi!

Sambil melihatku, dia berkata : ” Dapatkah aku pergi
bersamamu & memberikan boneka ini kepada gadis kecil
itu, supaya dia tahu, Yesus sangat mencintainya? ?
Ternyata parcel ini telah dipersiapkan
dan dikirim 5 bulan lalu.
Dibungkus oleh Siswa Kelas Hari Mingguku,
yang mana saat mempersiapkan parcel itu,
Tuhan telah memerintahkannya juga
untuk mengirimi botol air panas walaupun di daerah Tropis.
Lalu salah satu dari siswaku juga telah memberikan boneka
untuk dikirimkan ke anak Afrika -

Dan itu semua terjadi 5 bulan sebelumnya,
sebagai jawaban dari doa seorang anak gadis 10 tahun
untuk membawanya “sore itu”.

(Yesaya 65:24) :
“Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya;
ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah
mendengarkannya.”

(Doa 1 menit) Doa yang mengagumkan ini kurang dari 1 menit.
Ketika kamu menerima ini, ucapkan doamu,
dan segalanya dapat kau lakukan.
Tidak perlu basa basi.
hanya cukup kirimkan kepada semua orang yang kamu inginkan-
tapi lakukan itu.

Doa adalah hadiah terbaik yang kita terima.
Tidak perlu biaya tapi banyak manfaatnya. ~~Teruskan doamu kepada orang lain. ~~

Bapa,
aku memintamu untuk memberkati teman-temanku
yang membaca tulisan ini.
Aku memintaMu untuk memberi semangat
kepada para pelayan Tuhan setiap saat.
Dimana ada kesesakan
Kau berikan damai dan kemurahanMu.
Dimana ada keraguan,
Kau perbaharui keyakinan untuk bekerja di antara mereka.
Disaat lelah serta letih,
aku mohon supaya Engkau
memberikan mereka pengertian,
bimbingan & kekuatan
supaya mereka selalu belajar
untuk taat kepada pimpinanMu.
Dimana mereka merasa hanya diam di tempat,
aku memohon kepadaMu
untuk menyatakan keberadaanMu &
menggambarkan pada mereka
betapa indahnya bergaul akrab denganMu.
Dimana ada ketakutan & kekhawatiran,
Nyatakan kasihMu
dan tunjukkan kebesaranMu kepada mereka.
Saat dosa menutupi mereka,
nyatakan itu,
dan patahkan belenggu
yang melingkupi kehidupan teman2ku.

Berkati keuangan mereka,
berikan mereka visi yang besar,
dan angkat para pemimpin serta teman2
untuk mendukung & mendorong mereka.

Berikan setiap mereka penglihatan
untuk menunjukkan adanya kekuatan jahat
yang ada disekitar mereka &
nyatakan kekuatan di dalamMu
untuk mengalahkannya.
Aku berdoa padaMu di
dalam Nama Yesus.

Amin


Try it now:

1. Bersyukurlah setiap hari setidaknya satu kali se hari .

Bersyukurlah atas pekerjaan Anda, kesehatan Anda,
keluarga Anda atau apapun yang dapat Anda syukuri.
Ambilah waktu selama 10-30 detik saja untuk bersyukur
kemudian lanjutkan kembali kegiatan Anda.

2. Jangan mengeluh bila Anda menghadapi kesulitan
tetapi lakukanlah hal berikut ini.
Tutuplah mata Anda, tarik nafas panjang, tahan sebentar
dan kemudian hembuskan pelan-pelan dari mulut Anda,
buka mata Anda, tersenyumlah dan
pikirkanlah bahwa suatu saat nanti
Anda akan bersyukur
atas semua yang terjadi pada saat ini.

3. Biasakan diri untuk tidak ikut-ikutan mengeluh
bila Anda sedang bersama teman-teman yang sedang mengeluh
dan beri tanggapan yang positif atau tidak sama sekali.
Selalu berpikir positif dan
lihatlah perubahan dalam hidup Anda.

“Semakin banyak Anda bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Anda miliki,
maka semakin banyak hal yang akan Anda miliki untuk disyukuri.”

Sumber : Selvy Chow (Pendoa JDF)

KISAH MIKHAIL

Shalom pasukan doa!

Zaman dahulu kala di Rusia hidup pasangan suami-istri Simon & Matrena.Simon yang miskin ini adalah seorang pembuat sepatu. Meskipun hidupnya tidaklah berkecukupan, Simon adalah seorang yang mensyukuri hidupnya yang pas-pasan. Masih banyak orang lain yang hidup lebih miskin daripada Simon. Banyak orang-orang itu yang malah berhutang padanya. Kebanyakan berhutang ongkos pembuatan
sepatu. Maklumlah, di Rusia sangat dingin sehingga kepemilikan sepatu dan mantelmerupakan hal yang mutlak jika tidak mau mati kedinginan. Suatu hari keluarga tersebut hendak membeli mantel baru karena mantel mereka sudah banyak yang berlubang-lubang.Uang simpanan mereka hanya 3 rubel (rubel = mata uang Rusia)padahal mantel baru yang paling murah harganya 5 rubel. Kata Matrena pada suaminya, “Simon, tagihlah hutang orang-orang yangtempo hari kita buatkan sepatu. Siapa tahu mereka kini punya uang.” Maka Simon pun berangkat pergi menagih hutang. Tapi sungguh sial, tak satu pun yang membayar. Hanya ada seorang janda yang memberinya 20 kopek (kopek uang receh Rusia). Dengan sedih Simon pulang. “Batallah rencana kami mempunyai mantelbaru”,pikirnya. Di warung, Simon minum vodka untuk menghangatkan badannya yang kedinginan dengan uang 20 kopek tadi. Dalam perjalanan pulang, Simon melewati gereja dan saat itu ia melihat sesosok manusia yang sangat putih bersandar di dinding luar gereja. Orang itu tak berpakaian dan kelihatan sekali ia sangat kedinginan. Simon ketakutan, “Siapakah dia ? Setankah?Ah, daripada terlibat macam-macam lebih baik aku pulang saja”. Simon bergegas mempercepat langkahnya sambil sesekalimengawasi belakangnya, ia takut kalau orang itu tiba-tiba mengejarnya. Namun ketika semakin jauh, suara hatinya berkata “HAI SIMON, TAK MALUKAH KAU ? KAU PUNYA MANTELMESKIPUN SUDAH BERLUBANG-LUBANG, SEDANGKAN ORANG ITU TELANJANG.PANTASKAH ORANG MENINGGALKAN SESAMANYA BEGITU SAJA ?” Simon ragu, tapi akhirnya toh ia balik lagi ke tempat orang itu bersandar.Ketika sudah dekat, dilihatnya orang itu ternyata pria yang wajahnya sungguh tampan. Kulitnya bersih seperti kulit bangsawan. Badannya terlihat lemas dan tidak berdaya, namun sorot matanyamenyiratkan rasa terima kasih yang amat sangat ketika Simon memakaikanmantel terluarnya kepada orang itu dan memapahnya berdiri.Ia tidak bisa menjawab sepatah kata pun atas pertanyaan-pertanyaanSimon, sehingga Simon memutuskan untuk membawanya pulang. Sesampainya di rumah, Matrena sudah menunggu. Ia marah sekali karena melihat Simon tidak membawa mantel baru,apalagi ketika dilihatnya Simon membawa seorang pria asing. Dia nyerocos marah-marah, “Simon, siapa ini ? Mana mantel barunya ?Astaga! Kau bau vodka. Teganya kau mabuk menghabiskan uang yang seharusnya kaubelikan mantel !!”Simon mencoba
menyabarkan Matrena, “Sabar, Matrena…. dengar dulu penjelasanku. Aku tidak mabuk, akuhanya minum vodka sedikit untuk mengusir hawa dingin. Adapun orang inikutemukan di luar gereja, ia kedinginan, jadi kuajak sekalian pulang”. “Bohong !! Aku tak percaya…. sudahlah, pokoknya aku tak mau dengarceritamu ! Malam ini aku tak akan menyiapkan makan malam. Cari saja makan sendiri ! Sudah tahu kita ini miskin kok masih soksuci menolong orang segala !! Usir saja dia!!” “Astaga, Matrena ! Jangan berkata begitu, seharusnya kita bersyukurkarena kita masih bisa makan dan punya pakaian, sedangkan orang ini telanjang dan kelaparan. Tidakkah di hatimu ada sedikit cinta kasih Tuhan??” Matrena menatap wajah pria asing itu, mendadak ia merasa iba. Tanpa mengomel lagi disiapkannya makan malam sederhana berupa rotikeras dan bir hangat. “Silakan makan, hanya sebeginilah makanan yang ada. Siapa namamudan darimana asalmu ? Bagaimana ceritanya kau bisa telanjang di luargereja? Apakah seseorang telah merampokmu?” Tiba-tiba wajah pria asing itu bercahaya. Mukanya berseri dan ia tersenyum untuk pertama kalinya. “Namaku Mikhail, asalku dari jauh. Sayang sekali banyak yang tak dapatkuceritakan. Kelak akan tiba saatnya aku boleh menceritakan semua yangkalian ingin ketahui tentang aku.Aku akan sangat berterima kasih kalau kalian mau menerimaku bekerja
disini.” “Ah, Mikhail, usaha sepatuku ini cuma usaha kecil. Aku takkan sanggupmenggajimu”, demikian Simon menjawab. “Tak apa, Simon. Kalau kau belum sanggup menggajiku, aku tak keberatankerja tanpa gaji asalkan aku mendapat makan dan
tempat untuk tidur.” “Baiklah kalau kau memang mau begitu. Besok kau mulai bekerja”. Malamnya pasangan suami-istri itu tak dapat tidur. Mereka bertanya-tanya. “Simon tidakkah kita keliru menerima orang itu? Kita ini miskin.Bagaimana
jika Mikhail itu ternyata buronan ? Kita bisa terlibat kesulitan”,Matrena bertanya dengan gelisah pada Simon. Simon menjawab, “Sudahlah Matrena. Percayalah pada penyelenggaraan Tuhan. Biarlah ia tinggal di sini. Tingkah lakunya cukup baik. Kalau
ternyata ia berperilaku tidak baik, segera kuusir dia”. Esoknya Mikhail mulai bekerja membantu Simon membuat dan memperbaiki sepatu. Di bengkelnya, Simon mengajari Mikhail memintal benang dan membuat polaserta menjahit kulit untuk sepatu. Sungguh aneh, baru tiga hari belajar, Mikhail sudah bisa membuat sepatulebih baik dan rapi daripada Simon. Lama kelamaan bengkel sepatu Simon mulai terkenal karena sepatu buatanMikhail yang bagus. Banyak pesanan mengalir dari dari desa-desa yang penduduknya kaya. Usaha Simon menjadi maju. Ia tidak lagi miskin. Keluarga itu sangat bersyukur karena mereka sadar, tanpa bantuantangan terampil Mikhail, usaha mereka takkan semaju ini. Namun mereka juga terus bertanya-tanya dalam hati, siapa
sebenarnyaMikhail ini. Anehnya, selama Mikhail tinggal bersama mereka, baru sekali saja iatersenyum, yaitu dulu saat Matrena memberi Mikhail makan.Namun meski tanpa senyum, muka Mikhail selalu berseri sehingga orangtak takut
melihat wajahnya. Suatu hari datanglah seorang kaya bersama pelayannya.Orang itu tinggi besar, galak dan terlihat kejam. “Hai Simon, kudengar kau dan pembantumu pandai membuat sepatu.Aku minta dibuatkan sepatu yang harus tahan setahunmengahadapi cuaca dingin. Kalau sepatu itu rusak sebelum setahun, kuseret kau ke muka hakimuntuk dipenjarakan !!Ini, kubawakan kulit terbaik untuk bahan sepatu. Awas, hati-hati; ini kulit yang sangat mahal!” Di pojok
ruangan, Mikhail yang sedari tadi duduk diam, tiba-tibatersenyum.Mukanya bercahaya, persis seperti dulu ketika ia pertama kalinyatersenyum.Orang kaya yang melihatnya membentak, “Hei, tukang sepatu, awas jangan mengejekku, ya
!! Bukan hanya majikanmu yang kumasukkan penjara kalau sepatuku jebolsebelum setahun. Kau juga takkan lolos dariku!!” Sebenarnya Simon enggan berurusan dengan orang ini. Ia baru saja hendak menolak pesanan itu ketika Mikhail memberi isyaratagar ia menerima pesanan itu. Setelah harga disepakati, orang itu pun pergi pulang.Simon berkata, “Mikhail, kau sajalah yang mengerjakan sepatu itu. Aku sudah mulai tua. Mataku agak kurang awas untuk mengerjakan sepatusemahal ini. Biar aku mengerjakan pesanan lain saja. Kau berkonsentrasi menyelesaikan pesanan ini. Hati-hati, ya. Aku tak mau salah satu atau malah kita berdua masukpenjara.” Ketika Mikhail selesai mengerjakan sepatu itu, bukan main terkejutnyaSimon. “Astaga, Mikhail, kenapa kaubuat sepatu anak-anak? Bukankah yang memesan itu orangnya tinggi besar? Aduh, bagaimana ini ? Celaka, kita bisa masuk penjara karena….”,
belum selesai Simon berkata, datang si pelayan orang kaya. “Majikanku sudah meninggal. Pesanan dibatalkan. Jika masih ada sisa kulit, istri majikanku minta dibuatkan sepatu anak-anak saja”. “Ini, sepatu
anak-anak sudah kubuatkan.Silakan bayar ongkosnya pada Simon”, Mikhail menyerahkan sepatu buatannya pada pelayan itu. Pelayan itu terkejut, tapi ia diam saja meskipun heran darimana Mikhail tahutentang pesanan sepatu anak-anak itu. Tahun demi tahun berlalu, Mikhail tetap tidak pernah tersenyum kecualipada dua kali peristiwa tadi. Meskipun penasaran, Simon dan Matrena tak pernah beranimenyinggung-nyinggung soal asal usul Mikhail karena takut ia akanmeninggalkan mereka. Suatu hari datanglah seorang ibu dengan dua orang anak kembar yangsalah satu kakinya pincang. Ia minta dibuatkan sepatu untuk kedua anak itu. Simon heran sebab Mikhail tampak sangat gelisah. Mukanya muram, padahal biasanya tidak pernah begitu. Saat mereka hendak pulang, Matrena bertanya pada ibu itu,”Mengapa salah satu dari si kembar ini kakinya pincang ?”Ibu itu menjelaskan, “Sebenarnya mereka bukan anak kandungku. Mereka kupungut ketika ibunya meninggal sewaktu melahirkan mereka.Padahal belum lama ayah mereka juga meninggal. Kasihan, semalaman ibu mereka yang sudah meninggal itu tergeletak dan menindih salah satu kaki anak ini. Itu sebabnya ia pincang. Aku sendiri tak punya anak, jadi kurawat mereka seperti anakkusendiri.” “Tuhan Maha Baik, manusia dapat hidup tanpa ayah ibunya, tapi tentusaja manusia takkan dapat hidup tanpa Tuhannya”, Matrena berkata. Mendengar itu, Mikhail tidak lagi gelisah. Ia berseri-seri dan tersenyum untuk ketiga kalinya. Kali ini bukan wajahnya saja yang bercahaya, tapi seluruh tubuhnya.Sesudah tamu-tamu tersebut pulang, ia membungkuk di depanSimon dan Matrena sambil berkata, “Maafkan semua kesalahan yang pernah kuperbuat, apalagi telah membuat gelisah dengan tidak mau menceritakan asal usulku. Aku dihukum Tuhan, tapi hari ini Tuhan telah mengampuni aku. Sekarang aku mohon pamit.” Simon dan Matrena tentu saja heran dan terkejut, “Nanti dulu Mikhail, tolong jelaskan pada kami siapakah sebenarnya kauini? Mengapa selama di sini kau hanya tersenyum tiga kali, dan mengapa tubuhmu sekarang bercahaya ?” Mikhail menjawab sambil terus tersenyum, “Sebenarnya aku adalah salah satu malaikat Tuhan. Bertahun-tahun yang lalu Tuhan menugaskan aku menjemput nyawa ibukedua anak tadi.Aku sempat menolak perintah Tuhan itu meskipun tohakhirnya kuambil juga nyawa ibu mereka. Aku menganggapNya kejam. Belum lama mereka ditinggal ayahnya, sekarang ibunya harus meninggalkanmereka juga. Dalam perjalanan ke surga, Tuhan mengirim badai yang menghempaskanku ke bumi.Jiwa ibu bayi menghadap Tuhan
sendiri. Tuhan berkata padaku, ‘MIKHAIL, TURUNLAH KE BUMI DAN PELAJARI KETIGAKEBENARAN INI HINGGA KAU MENGERTI: PERTAMA, APAKAH YANG HIDUP DALAM HATI MANUSIA ? KEDUA, APA YANG TAK DIIJINKAN PADA MANUSIA ? KETIGA, APA YANG PALING DIPERLUKAN MANUSIA ?’ ” “Aku jatuh di halaman gereja, kedinginan dan kelaparan.Simon menemukan dan membawaku pulang. Waktu Matrena marah-marah dan hendak mengusir aku, kulihat maut dibelakangnya. Seandainya ia jadi mengusirku, ia pasti mati malam itu. Tapi Simon berkata, ‘Tidakkah di hatimu ada sedikit cinta kasihTuhan??’Matrena jatuh iba dan memberi aku makan. Saat itulah aku tahu kebenaran pertama:
YANG HIDUP DALAM HATI MANUSIA ADALAH CINTA KASIH TUHAN” “Kemudian ada orang kaya yang memesan sepatu yang tahansatu tahun sambil marah-marah. Aku melihat maut di belakangnya. Ia tidak tahu ajalnya sudah
dekat. Aku tersenyum untuk kedua kalinya. Saat itulah aku tahu kebenaran kedua: MANUSIA TIDAK DIIJINKAN MENGETAHUI MASA DEPANNYA. MASA DEPAN MANUSIA ADA DI TANGAN TUHAN” “Hari ini datang ibu angkat bersama kedua anak kembar
tadi. Ibu kandung si kembar itulah yang diperintahkan Tuhan untuk kucabutnyawanya. Aku menyangsikan apakah si kembar dapat hidup tanpa ayah ibunyapadahal mereka masih bayi. Tapi ternyata ada seorang ibu lain yang mau merawat
dan mengasihi mereka seperti anak kandung sendiri. Tadi Matrena berkata, ‘Tuhan Maha Baik, manusia dapat hidup tanpa ayahibunya, tapi tentu saja manusia takkan dapat hidup tanpa Tuhannya’
Aku tersenyum untuk ketiga kalinya dan kali ini tubuhku bercahaya. Aku tahu kebenaran yang ketiga: MANUSIA DAPAT HIDUP TANPA AYAH DAN IBUNYA TAPI MANUSIA TIDAK AKAN DAPAT HIDUP TANPA TUHANNYA. ”
Simon, Matrena, terima kasih atas kebaikan kalian berdua. Aku telah mengetahui ketiga kebenaran itu, Tuhan telah mengampuniku. Kini aku harus kembali. Semoga kasih Tuhan senantiasa menyertai kalian sepanjang hidup.” Seiring dengan itu, tubuh Mikhail terangkat dan tubuhnya makin bercahaya. Mikhail kembali ke surga.

Sumber : Selvy Chow (Pendoa JDF)

THE LOVE OF A FATHER

Shalom pasukan doa!

Diambil dari sebuah kisah nyata di Amerika Serikat, dan sebuah kisah nyata dalam kehidupan kita.

Love suffers long and is kind; love does not envy; love does not parade itself, is not puffed up; does not behave rudely, does not seek its own, is not provoked, thinks no evil; does not rejoice in iniquity, but rejoices in the truth; bears all things, believes all things, hopes all things, endures all things..1 Corinthians 13:4-7 (NKJV)

Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya mereka pun selalu berdoa, ‘Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau terbaik…’ Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, ‘Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami.’ Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak mempunyai anak.

Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi, ‘Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik bagi kami.’ Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung,lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. ‘Anak laki-laki pak,’ kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.

Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata, ‘Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar buruk kepada anda.’ Si ayah membalas, ‘Kabar apapun, saya siap menerimanya, pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk’ ‘Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain,’ jelas si dokter. ‘Apa maksud bapak,’ si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, ‘Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius..’ Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa, ‘Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu. ‘

But above all these things put on love, which is the bondof perfection. Colossians 3:14 (NKJV)

Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka tersebut,tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak mereka tersebut. Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.

Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. ‘Woi anak gw nih…ganteng kan ?’ Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena ini anaknya. Meskipun dia cacat.

Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.

Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, ‘Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial buat papa.’ Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit. Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi ‘ting’, maka anak cacat itu menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, ‘Harus kasih yang baaaaanyak buat papa, biar ueeeeenak rasanya’.

Setelah itu, ia berlari ke kulkas, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir, ‘Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak perlu nunggu lama.’ Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, ‘Kalau 2 sendok the saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.’ Jadilah kopi yang terasa seperti kopi tua itu. Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini, ‘Papa, bangun dong, aku udah buat sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa.’ Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma ’sedap’ dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut. ‘Wah pasti enak nih.’

Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, ‘Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, ‘ kan biasanya papa yang doain. OK ya papa?’ Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah melanjutkan, ‘Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.’

Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, ‘Enak kan pa?’

‘Iya, enaaaak sekali,’ lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, ‘Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya loooo….’ Si ayah berkata, ‘Wah kamu yang masak? Enak sekali nak.’ Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya lagi, ‘Harum dan enak kan pa?’ Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya, ‘Pahit, tapi papa suka sekali.’ Dan dengan lugunya si anak menjawab, ‘Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,’ karena ia mengira ayahnya sedang bercanda..

Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata ‘Ray, kamu tau nggak…’

‘Nggak paa,’ potong si anak cacat tersebut. Lalu si ayah melanjutkan, ‘Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah berkata lagi, ‘Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?’ Si anak sambil menggelengkan kepala, ‘Nggak tau pa….’ ‘Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah melanjutkan, ‘Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama kamu?’ Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, ‘Nggak tahu pa…..’ ‘Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget.’ ‘Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa.’ Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, ‘Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Sama-sama papaah….’ Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, ‘Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…’

Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?

Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut.. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa

yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.

Ingat ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..

Ingat : Bapamu di sorga mengasihimu. You are all fair, my love, and there is no spot in you. Song of Solomon 4:7 (NKJV)

Sumber : Selvy Chow (Pendoa JDF)

RENCANA TUHAN INDAH PADA WAKTUNYA

Shalom pasukan doa!

Ada seorang anak laki-laki yang berambisi bahwa Suatu hari nanti ia akan menjadi jenderal Angkatan Darat. Anak itu pandai dan memiliki ciri-ciri yang lebih daripada cukup untuk dapat membawa nya kemanapun ia mau. Untuk itu ia bersyukur kepada Tuhan, oleh karena ia adalah seorang anak yang takut akan Tuhan dan ia selalu berdoa agar supaya suatu hari nanti impiannya itu akan menjadi kenyataan.

Sayang sekali, ketika saatnya tiba baginya untuk bergabung dengan Angkatan Darat , ia ditolak oleh karena memiliki telapak kaki rata. Setelah berulang kali berusaha, ia kemudian melepaskan hasratnya untuk menjadi jenderal dan untuk hal itu ia mempersalahkan Tuhan yang tidak menjawab doanya. Ia merasa seperti berada seorang diri, dengan perasaan yang kalah, dan di atas segalanya, rasa amarah yang belum pernah dialaminya sebelumnya.

Amarah yang mulai ditujukannya terhadap Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan ada, namun tidak mempercayaiNya lagi sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang tiran (penguasa yang lalim). Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke dalam gereja.. Ketika orang-orang seperti biasanya berbicara tentang Tuhan yang Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan rumit yang akan membuat orang-orang percaya itu kebingungan.

Ia kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter. Dan begitulah, ia menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian menjadi seorang ahli bedah yang handal. Ia menjadi pelopor di dalam pembedahan yang berisiko tinggi dimana pasien tidak memiliki kemungkinan hidup lagi apabila tidak ditangani oleh ahli bedah muda ini. Sekarang, semua pasiennya memiliki kesempatan, suatu hidup yang baru.

Selama bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan beribu-ribu jiwa, baik anak-anak maupun orang dewasa. Para orang tua sekarang dapat tinggal dengan berbahagia bersama dengan putra atau putri mereka yang dilahirkan kembali, dan para ibu yang sakit parah sekarang masih dapat mengasihi keluarganya. Para ayah yang hancur hati oleh karena tak seorangpun yang dapat memelihara keluarganya setelah kematiannya, telah diberikan kesempatan baru.

Setelah ia menjadi lebih tua maka ia melatih para ahli bedah lain yang bercita-cita tinggi dengan tekhnik bedah barunya, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan. Pada suatu hari ia menutup matanya dan pergi menjumpai Tuhan. Di situ, masih penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Tuhan mengapa doa-doanya tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata, ‘Pandanglah ke langit, anakKu, dan lihatlah impianmu menjadi kenyataan.’

Di sana , ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa untuk bisa menjadi seorang prajurit. Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat dan menjadi prajurit.. Di sana ia sombong dan ambisius, dengan pandangan mata yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah resimen. Ia kemudian dipanggil untuk mengikuti peperangannya yang pertama, akan tetapi ketika ia berada di kamp di garis depan, sebuah bom jatuh dan membunuhnya. Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada keluarganya. Semua ambisinya kini hancur berkeping-keping saat orang tuanya menangis dan terus menangis.

Lalu Tuhan berkata, ‘Sekarang lihatlah bagaimana rencanaKu telah terpenuhi sekalipun engkau tidak setuju.’ Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia memperhatikan kehidupannya, hari demi hari dan berapa banyak jiwa yang telah diselamatkannya. Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota keluarganya dan kehidupan baru yang telah diberikannya kepada mereka dengan menjadi seorang ahli bedah.

Kemudian di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki impian untuk menjadi seorang prajurit kelak, namun sayangnya dia terbaring sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu melalui pembedahan yang dilakukannya. Hari ini anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi seorang jenderal. Ia hanya dapat menjadi jenderal setelah ahli bedah itu menyelamatkan nyawanya.

Sampai di situ, Ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama dengannya. Ia mengerti bagaimana Tuhan telah memakainya sebagai alatNya untuk menyelamatkan beribu-ribu jiwa, dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit itu. (Diambil dari Inspirational Christian Stories oleh Vincent Magro-Attard)

Untuk dapat melihat kehendak Tuhan digenapkan di dalam hidup anda, anda harus mengikuti Tuhan dan bukan mengharapkan Tuhan yang mengikuti anda.

(Dave Meyer, Life In The Word, Juni 1997)

‘Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya…. ‘ (Pengkotbah 3:11)

Apa yang kau alami kini, mungkin tak dapat engkau mengerti
Satu hal tanamkan di hati, indah semua yang Tuhan beri
Tuhan-mu, tak akan memberi ular beracun pada yang minta roti
Cobaan yang engkau alami takkan melebihi kekuatanmu

Tangan Tuhan sedang merenda
Suatu karya yang agung mulia
Saatnya kan tiba nanti
Kau lihat pelangi kasihNYA


Sumber : Selvy Chow (Pendoa JDF)