Shalom pasukan doa
Awal pertemuan dengan suamiku
Aku pertama kali mengenal suamiku pada tahun 1959 dalam suatu pelayaran karena ia adalah seorang pelaut. Saat itu aku dibantu olehnya untuk mencari tempat di kapal tersebut. Dia juga sering menemaniku selama perjalanan. Dari situlah cinta dimulai. Walaupun lautan terbentang luas dan harus menjalani hubungan jarak jauh, kami tetap rutin melakukan surat-menyurat sampai akhirnya ia melamarku.
Tahun 1962 kami memasuki bahtera pernikahan. Karena selama ini kami jarang sekali bertemu, ketika kami tinggal satu atap baru aku ketahui kalau ternyata karakternya sangat jauh bertentangan denganku sehingga kami sering ribut. Aku juga baru tahu kalau ia pernah menikah sebelumnya, tapi sudah bercerai.
Suamiku selingkuh
Tahun 1957 karena ada pengurangan tenaga kerja di perusahaanya, suamiku pindah ke Balikpapan untuk bekerja. Kebetulan aku orang kelahiran Balikpapan jadi keluargaku tinggal di sana tapi aku tetap tinggal di Jakarta. Ternyata aku harus mendapat kabar terburuk sepanjang sejarah hidupku. Adikku mengatakan bahwa suamiku selingkuh, bahkan menikah lagi disana dengan seorang gadis keturunan Banjar.
Aku mengamuk ketika mengetahui hal itu sehingga akhirnya terjadilah pertengkaran dahsyat dalam rumah tangga kami. Aku mengancamnya habis-habisan dan sejak saat itu suamiku tidak pernah lagi mengunjungi perempuan Banjar itu. Sampai suatu saat, perempuan Banjar itu mendatangi rumah kami di Jakarta dan mengatakan padaku bahwa ia sama sekali tidak tahu-menahu mengenai aku. Suamiku berkata padanya bahwa aku sudah diceraikannya. Semenjak saat itu mulai timbul akar pahit terhadap suamiku.
Memutuskan untuk berpisah
Aku benar-benar tidak tahan terhadap kelakuan suamiku. Saat itu aku benar-benar kepahitan, bahkan menyalahkan Tuhan atas kejadian yang menimpaku ini. “Mengapa Kau lakukan ini padaku, Tuhan……” seruku di sela tangisku. Akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Anak – anak kami ikut denganku.
Aku mengajukan perceraian kepada seorang pengacara. Dan selama proses perceraian, suamiku tidak pernah menunjukkan batang hidungnya. Aku tiba-tiba teringat sebuah ayat Alkitab yang berkata, “Apa yang dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.” Akhirnya aku membiarkan hubungan kami tetap seperti ini tanpa harus bercerai. Aku membuka salon untuk menghidupi anak-anak kami.
Ternyata suamiku dikhianati oleh perempuan Banjar itu dan akhirnya mereka berpisah. Suamiku menikah lagi dengan Titi, seorang gadis muda seusia anak kami yang pertama. Dan sekali lagi ternyata suamiku mengatakan pada Titi bahwa ia telah bercerai denganku. Akar kepahitan ini semakin bertumbuh di dalam hatiku, membuahkan kebencian terhadap suamiku. Akibat tekanan ini, aku menjadi penjudi dan menelantarkan anak-anak kami. Akhirnya anak-anak kami terjebak dalam pergaulan yang buruk.
Mulai dijamah oleh kuasa Tuhan
Akhirnya, di titik akhir keputusasaanku, aku dipertemukan dengan Tuhan melalui pertolongan seorang hamba Tuhan. Ia mendoakanku agar terlepas dari dosa perjudian dan dari kepahitan yang terpendam di dalam hatiku selama bertahun-tahun. Aku merasa dijamah begitu luar biasa oleh kuasa Tuhan. Aku terus menangis menyadari betapa tidak bertanggung jawabnya aku sebagai seorang ibu. Ketika aku didoakan agar terlepas dari rasa kepahitan terhadap suamiku, aku menangis sejadi-jadinya. Awalnya sangat berat bagiku untuk mengampuni suamiku, orang yang paling menyakitiku itu. Rasa sakitnya begitu dalam kurasakan. Namun ketika Roh Kudus menjamah hatiku, saat itu juga aku merasakan bahwa kepahitan itu telah dilenyapkan dan sukacita Surga yang luar biasa itu ada di dalam hatiku. Aku tahu bahwa Tuhan begitu mengasihiku sehingga Ia tidak ingin aku menjadi seorang jiwa yang terhilang dan Ia membebaskanku dari ikatan kuasa kegelapan yang selama ini membelenggu hidupku, yang mencemari hatiku. Terima kasih untuk pemulihan ini, Tuhan….
Bisa mengampuni istri dari suamiku
Setelah aku dibebaskan dari kuasa kegelapan yang selama ini bercokol di dalam hatiku, aku mulai aktif ke gereja. Aku mengikuti kelas-kelas pemuridan dan merasakan bahwa aku telah bertumbuh di dalam Tuhan. Ajaibnya, karena kasih dan kuasaNya yang luar biasa dalam hidupku, aku juga dapat mengampuni istri dari suamiku. Aku mendatangi rumahnya secara damai dan mengajak rekan pelayananku untuk memberitakan kabar Injil padanya. Hati Titi tersentuh dengan pemberitaan Injil tersebut, bahkan akhirnya ia menerima Yesus dalam hidupnya dan mengembalikan suamiku kepadaku. Aku bingung, “Ada apa ini, Tuhan? Mengapa ia dikembalikan lagi padaku?” Lalu aku mendengar Tuhan berbicara,”Bukankah kau ingin keluargamu dipulihkan? Mulailah dari pemulihan hubunganmu dengan suamimu…” Saat itu baru anak pertama kami yang bertobat dari pergaulannya yang kacau. Aku langsung mengerti rencana yang telah Tuhan sediakan bagiku. Ketika itu kondisi suamiku sudah sakit-sakitan, namun aku bersyukur karena anak-anak kami bersedia merawatnya.
Pemulihan terjadi karena kuasaNya
Setelah itu, tahun 1995, merupakan lembaran baru dalam kehidupan keluarga kami. Berkat bantuan seorang hamba Tuhan, keluarga kami dijamah secara luar biasa. Suamiku dan anak-anakku dikonseling dan didoakan. Mereka dijamah dan dipulihkan dari kehidupan mereka yang kacau dan berbalik kembali ke jalanNya. Bahkan suamiku yang selama ini memilki ilmu gaib dalam tubuhnya pun dilepaskan. Ia terbebas dari penyembahan berhala yang selama ini ditekuninya. Kami menjadi sebuah keluarga yang utuh di dalam kuasaNya.
Tahun 1996 suamiku terkena serangan jantung dan setelah dirawat selama 5 hari, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Di balik kesedihan yang kurasakan, aku bersyukur pada Tuhan karena sebelum Ia mengambil nyawa suamiku, suamiku diberi kesempatan untuk memulihkan hubungannya dengan kami, keluarganya. Bahkan suamiku telah bebas dari kuasa kegelapan yang selama ini membelenggu hidupnya. Aku yakin kini suamiku tenang berada disisiNya. (Kisah ini telah ditayangkan 19 Maret 2007 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Kesaksian :Yohana Ester Saerang
Sumber : Jawaban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar