Jumat, 14 Agustus 2015

PERTAHANKAN SALIB, 2 WANITA TUA TENGGELAM DI TELAN BANJIR



Shalom pasukan doa!

Dua wanita dilaporkan tewas setelah mempertahankan dan menjaga salib di sebuah gereja di Cina saat topan melanda daerah tersebut. Topan Soudelor, dikutip dari laman Premier Christian Radio, Rabu, 12 Agustus 2015, menyebabkan banjir bandang yang menghantam Provinsi Zhejiang di timur Cina.

Wilayah tersebut dikenal sebagai daerah yang dihuni sebagian besar penduduk beragama Kristen. Huang Yusong, 77, dan Zhou Yanxiang, 81, dikabarkan meninggal ketika Gereja Protestan Yangmei di Wenzhou dilanda banjir hebat. Keduanya diperkirakan tengah tidur di lantai dasar gereja saat air memnuhi bangunan tersebut.

"Mayat mereka ditemukan beberapa ratus meter dari gereja keesokan harinya," kata seorang sumber kepada ucanews.com yang dilansir dari laman PCR. Laman ini melaporkan bahwa terdapat empat orang yang dengan setia berada di gereja tersebut untuk membela salib mereka dari penggusuran.

"Kedua wanita tua tidur di lantai dasar karena kaki dan lengan mereka sakit sementara dua lainnya tidur di lantai atas," kata sumber tersebut yang menolak memberitahukan namanya. Setelah kematian kedua wanita, kaum Kristen menyebarkan informasi itu ke media sosial Cina untuk memohon doa bagi dua perempuan. Banyak menyebut mereka sebagai martir.

Selama beberapa bulan terakhir pemerintah dari Partai Komunis yang berkuasa mengkampanye untuk menggusur salib dari gereja dan bangunan keagamaan dengan alasan kesehatan dan keselamatan. Pemerintah Cina dilaporkan menggusur lebih dari 1.200 salib di seluruh Cina dalam dua tahun terakhir, beberapa gereja bahkan dihancurkan.

TEMPO

Sabtu, 01 Agustus 2015

KEPALA KAFIR HASIL HUKUMAN PENGGAL DIMINTA WANITA ISIS SEBAGAI MASKAWIN

Shalom pasukan doa!

Seorang perempuan bekas staf pengadilan yang melarikan diri dari wilayah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) membeberkan sebuah kisah mengerikan terkait seorang hakim perempuan yang ingin menikah lagi setelah suaminya tewas di medan perang.

Kisah yang diungkap Leena ini melibatkan dua orang hakim perempuan yaitu Um Abdullah al-Said dan Roaa Um Khotaba al-Tunisi. Hakim Al-Tunisi baru saja kehilangan suaminya yang tewas di medan pertempuran dan ingin menikah kembali.

Leena, bukan nama sebenarnya, mengatakan dia pernah bekerja untuk Um Abdullah al-Said, sebagai seorang juru tulis pengadilan di kota El Mayadin, Suriah. Sepanjang pengalamannya bekerja untuk Um Abdullah, Leena menganggap perempuan itu adalah seorang hakim berhati mulia.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Um Abdullah dianggap Leena sangat bijak dan tidak sembarangan memberi hukuman. "Jika seorang terdakwa perempuan yang diadilinya adalah orang miskin maka dia hanya menjatuhkan hukuman denda yang sangat ringan," ujar Leena.

"Satu kali dia harus memberikan hukuman berupa pukulan untuk seorang perempuan. Dan dia memukul perempuan itu dengan menggunakan sebatang pensil. Jadi pukulan itu tak menyakitkan namun tetap tidak menyalahi hukum," tambah Leena.

Namun, Leena melanjutkan, ada seorang hakim perempuan lain yang berasal dari Tunisia, Roaa Um Khotaba al-Tunisi. Perempuan ini menikahi seorang prajurit ISIS asal Libya yang tewas dalam pertempuran di kota Kobani, Suriah.

Setelah kematian suaminya, pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi memerintahkan Al-Tunisi untuk menikah lagi karena dia baru berusia 30 tahun. "Dia (Al-Tunisi) betul-betul seorang monster. Dia meminta seorang emir yang ingin menikahinya untuk memenggal kepala seorang kafir sebagai maskawin," kata Leena.

TRIBUN